Pintu-Pintu Pahala (1)
بسم الله الرحمن الرحيم
Pintu-Pintu Pahala (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam agar terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kumpulan hadits yang kami ambil dari kitab kecil Abwabul Ujur (pintu-pintu pahala) yang disusun oleh Kantor Penyuluhan Al Jaliyat di Zulfi-Saudi Arabia yang telah kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Semoga Allah Azza wa Jalla mengakibatkan penerjemahan risalah ini tulus karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Keutamaan Al Qur’anul Karim
1. Menghapal Al Qur’an
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ ، وَمَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهْوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ ، فَلَهُ أَجْرَانِ » .
Dari Aisyah, dari Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an, sedangkan ia hapal, maka ia akan bersama para malaikat utusan yang mulia. Sedangkan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an, ia berusaha menjaganya, namun berat, maka ia akan mendapat dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih: 4937, 1862)
2. Membaca Al Qur’an
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ ...
Dari Abu Umamah Al Bahiliy ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Al Qur’an, alasannya yakni ia akan tiba pada hari simpulan zaman menunjukkan syafa’at bagi pembacanya….dst.” (HR. Muslim: 1874)
3. Mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya
عَنْ عُثْمَانَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ » .
Dari ‘Utsman radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Sebaik-baik kau yakni orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari: 5027)
4. Surat Al Ikhlas
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِى لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ » . قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ « ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) يَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ »
Dari Abu Darda’, dari Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Tidak mampukah salah seorang di antara kau membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam?” Para sobat bertanya, “Bagaimana bisa seseorang membaca sepertiga Al Qur’an (dalam semalam)?” Beliau bersabda, “Qulhuwallahu minggu (yakni surat Al Ikhlas) itu setara dengan sepertiga Al Qur’an.” (HR. Muslim: 1886)
5. Al Mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) » .
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ia berkata: Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah kau memperhatikan ayat yang gres turun semalam yang belum pernah terlihat sama sepertinya, yaitu, “Qul A’uudzu birabbil falaq,” dan “Qul A’uudzu birabbin naas.” (HR. Muslim: 1891)
6. Surat Al Baqarah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ « لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ » .
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kau mengakibatkan rumah kau menyerupai kuburan, bersama-sama setan akan lari dari rumah yang dibacakan di sana surat Al Baqarah.” (HR. Muslim: 1824)
7. Surat Al Baqarah dan Ali Imran
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ » . قَالَ مُعَاوِيَةُ بَلَغَنِى أَنَّ الْبَطَلَةَ السَّحَرَةُ .
Dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Al Qur’an, alasannya yakni ia akan tiba pada hari simpulan zaman memberi syafa’at bagi pembacanya. Bacalah Az Zahraawain (dua yang cemerlang); yaitu Al Baqarah dan Ali Imran, alasannya yakni keduanya akan tiba pada hari simpulan zaman menyerupai dua awan atau dua kumpulan burung yang berbaris yang hendak membela pembacanya. Bacalah surat Al Baqarah, alasannya yakni mengambilnya yakni keberkahan, meninggalkannya yakni penyesalan dan surat tersebut tidak sanggup dibaca oleh bathalah.” (HR. Muslim: 1874)
Bathalah yakni para pesihir.
8. Ayat kursi
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ » . قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ » . قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ . قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ » .
Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abul Mundzir, tahukah kau ayat apa yang paling agung dalam kitab Allah yang kau hapal?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Wahai Abul Mundzir, tahukah kau ayat apa yang paling agung dalam kitab Allah yang kau hapal?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum (yakni ayat kursi).” Lalu Beliau menepuk dadaku dan bersabda, “Demi Allah, mudah-mudahan ilmu gampang masuk ke dalam dirimu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim: 1885)
9. Akhir surat Al Baqarah
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم :« مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ .
Dari Abu Mas’ud radhiyallahu 'anhu ia berkata: Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa membaca dua ayat simpulan surat Al Baqarah di malam hari, pasti keduanya akan mencukupinya.” (HR. Bukhari: 5009)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “(Maksudnya) mencukupkannya untuk qiyamullail, ada yang mengatakan, “Melindunginya dari setan,” ada pula yang mengatakan, “Melindunginya dari musibah”, dan bisa juga meliputi semuanya.”
10. Menghapal surat Al Kahfi
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » .
Dari Abu Darda’ bahwa Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang hapal sepuluh ayat awal surat Al Kahfi, pasti akan dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim: 1883)
Sedangkan dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ اَيَاتٍ مِنْ اَخِرِ سُوْرَةِ الْكَهْفِ.....الحديثَ
“Barang siapa yang menghapal sepuluh ayat terakhir surat Al Kahfi…dst.”
Keutamaan Dzikrullah[i]
11. Banyak menyebut nama Allah Ta’ala (berdzikr).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ . قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ » .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Telah mendahului Al Mufarriduun (yang sendiri dalam sesuatu).” Para sobat bertanya, “Siapakah Al Mufarriduun wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu pria dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah.” (HR. Muslim: 6808)
عَنْ أَبِى مُوسَى - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم : « مَثَلُ الَّذِى يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِى لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَىِّ وَالْمَيِّتِ » .
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu ia berkata: Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang menyebut nama Tuhannya dengan yang tidak menyebut nama Tuhannya yakni menyerupai orang yang hidup dan yang mati.” (Muttafaq ‘alaih: 6407, 1823)
Sedangkan dalam lafaz Muslim yakni sbb:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ لَايُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di sana dengan rumah yang tidak disebut nama Allah di sana menyerupai perumpamaan yang hidup dan yang mati.”
12. Tasbih (ucapan subhaanallah).
عَنْ سَعْدٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ » . فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ قَالَ « يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ » .
Dari Sa’ad ia berkata: kami pernah berada di bersahabat Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam, kemudian Beliau bersabda, “Beratkah bagi kau kalau setiap hari mengerjakan seribu kebaikan?” Lalu di antara orang-orang yang duduk bersahabat Beliau bertanya, “Bagaimana bisa salah seorang di antara kami mengerjakan seribu kebaikan?” Beliau bersabda, “Yaitu dengan bertasbih (mengucap “Subhaanalllah”) seratus kali, maka akan dicatat untuknya seribu kebaikan atau digugurkan seribu kesalahan.” (HR. Muslim: 6852)
Bersambung…
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
[i] Dzikr terbagi dua: Dzikr Mutlak dan Dzikr Muqayyad. Dzikr Mutlak yakni dzikr yang tidak ditentukan oleh syara’ (Al Qur’an dan As Sunnah) kapan dibacanya, maka boleh kapan saja dibaca selama tidak pada waktu yang seharusnya dibaca dzikr muqayyad. Sedangkan Dzikr Muqayyad yakni dzikr yang ditentukan oleh syara’ kapan dibacanya menyerupai dzikr sesudah shalat, dzikr sebelum tidur, dzikr bangkit tidur, dzikr dikala masuk masjid dan keluar masjid, dzikr menggunakan pakaian dan melepasnya, dzikr naik kendaraan, dsb. Contoh Dzikr Mutlak yakni menyerupai dalam hadits berikut:
Samurah bin Jundub berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapan yang paling dicintai Allah ada empat, tidak mengapa bagimu memulai dari di mana saja, yaitu: Subhaanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar.” (HR. Muslim)
Termasuk kekeliruan yang sering dilakukan orang yakni membaca dzikr mutlak pada waktu yang seharusnya dibaca yakni dzikr muqayyad. Misalnya sesudah shalat kita sering dengar mereka membaca “Laailaaha illallah” 100 x atau membaca surat Al Fatihah, padahal dzikr sesudah shalat termasuk dzikr muqaayyad yang sudah diajarkan bacaan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita bukan menyalahkan dzikrnya, bahkan Laailaahaillallah yakni dzikr mutlak yang paling utama, tetapi yang kita salahkan yakni penempatan dan pembatasan jumlahnya. Bagaimana berdasarkan anda, kalau kita membaca al hamdulillah dikala ruku' dalam shalat? Benarkah perbuatan itu?
0 Response to "Pintu-Pintu Pahala (1)"
Post a Comment