-->

Kisah-Kisah Shahih (11)

بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah-Kisah Shahih (11)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kisah-kisah shahih yang disampaikan oleh Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Azza wa Jalla mengakibatkan penulisan risalah ini tulus karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
KISAH SEORANG RAJA YANG MENINGGALKAN KERAJAANNYA UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH SUBHAANAHU WA TA'ALA
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بن عَبْدِ اللَّهِ بن مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:إِنَّ بني إِسْرَائِيلَ اسْتَخْلَفُوا عَلَيْهِمُ خَلِيفَةً، فَقَامَ يُصَلِّي فِي الْقَمَرِ فَوْقَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَذَكَرَ أُمُورًا صَنَعَهَا، فَتَدَلَّى بِسَبَبَ، فَأَصْبَحَ السَّبَبُ مُتَعَلِّقًا بِالْمَسْجِدِ وَقَدْ ذَهَبَ، فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى قَوْمًا عَلَى شَطِّ الْبَحْرِ، فَوَجَدَهُمْ يَصْنَعُونَ لَبَنًا، فَسَأَلَهُمْكَيْفَ تَأْخُذُونَ عَلَى هَذَا اللَّبَنِ؟ فَأَخْبَرُوهُ، فَلَبِنَ مَعَهُمْ، فَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ حَتَّى إِذَا حَضَرَتِ الصَّلاةُ تَطَهَّرَ فَصَلَّى، فَرَفَعَ ذَلِكَ الْعَامِلُ إِلَى دِهْقَانِهِمْ، فَقَالَفِينَا رَجُلٌ يَصْنَعُ كَذَا وَكَذَا، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ، فَأَبَى أَنْ يَأْتِيَهُ، ثُمَّ إِنَّهُ جَاءَ يَسِيرُ عَلَى دَابَّتِهِ، فَلَمَّا رَآهُ فَرَّ، فَتَبِعَهُ فَسَبَقَهُ، فَقَالَأَنْظِرْنِي أُكَلِّمْكَ كَلِمَةً، فَقَامَ حَتَّى كَلَّمَهُ، فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ كَانَ مَلِكًا، وَأَنَّهُ فَرَّ مِنْ رَهْبَةِ ذَنْبِهِ، فَقَالَإِنِّي لاحِقٌ بِذَلِكَ مَعَكَ، فَعَبَدَا اللَّهَ، فَسَأَلا اللَّهَ أَنْ يُمِيتَهُمَا جَمِيعًا، فَمَاتَا، قَالَ عَبْدُ اللَّهِفَلَوَ كُنْتُ بِرُمَيْلَةِ مِصْرَ لأَرَيْتُكُمْ قُبُورَهُما يَصِفُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari bapaknya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Sesungguhnya Bani Israil telah mengangkat seorang khalifah untuk mereka, maka khalifah itu bangun shalat di bawah sinar bulan di atas Baitulmaqdis, kemudian ia mengingat beberapa hal yang telah diperbuatnya, maka ia berpegangan dengan sebuah tali. Pada pagi harinya tali itu masih tergantung di masjid, namun ia telah pergi, ia (khalifah) pergi hingga tiba di sebuah kaum yang tinggal di tepi laut, ia mendapati mereka sedang menciptakan watu bata, maka ia bertanya kepada mereka, “Bagaimana kau menciptakan watu bata ini?” Lalu mereka memberitahukannya, maka ia menciptakan watu bata bersama mereka, beliau makan dari hasil tangannya sehingga ketika tiba waktu shalat, ia bersuci dan shalat, kemudian ada seorang pekerja yang melaporkan hal itu kepada pemimpin negeri itu, ia berkata, “Di tengah-tengah kami ada seorang yang berbuat ini dan itu,” maka pemimpin itu mengirimkan orang untuk menemuinya (agar ia tiba kepadanya), namun ia enggan untuk datang, maka pemimpin itu tiba sendiri menaiki binatang kendaraannya, ketika ia melihat pemimpin itu, ia segera berlari, kemudian diikutinya sehingga didahului dan ia (pemimpin) berkata, “Tunggulah aku, saya ingin berbicara kepadamu satu kalimat (saja), “ maka ia (orang itu) bangun sehingga berbicara dengannya (pemimpin itu) dan memberitahukan kepadanya bahwa ia yaitu seorang raja dan bahwa ia pergi lantaran takut terhadap dosanya.” Pemimpin negeri itu berkata, “Sesungguhnya saya akan menyusul berbuat ibarat itu bersamamu.” Maka keduanya beribadah kepada Allah dan kemudian meminta kepada Allah biar diwafatkan berdua, sehingga keduanya wafat.” Abdullah berkata, “Kalau saya berada di Rumailah Mesir, tentu saya akan menunjukkan kepada kau kubur keduanya yang disifati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Al Bazzar, Ath Thabrani dalam Al Awsath dan Al Kabir. Menurut Haitsami isnadnya hasan, lihat pula Ash Shahiihah no. 2833)
KISAH SEORANG PEMUDA YANG BERALIH DARI BELAJAR SIHIR KEPADA BELAJAR AGAMA
عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِي السَّاحِرُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتْ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمْ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِيَ النَّاسُ فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنْ ابْتُلِيتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّي قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِي قَالَ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلَامِ فَجِيءَ بِالْغُلَامِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَيْ بُنَيَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِيءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِالْغُلَامِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَرَجَفَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِي قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاقْذِفُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَانْكَفَأَتْ بِهِمْ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِي حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِي عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِي ثُمَّ ضَعْ السَّهْمَ فِي كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ ارْمِنِي فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِي فَجَمَعَ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِي كَبْدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِي صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي صُدْغِهِ فِي مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ فَأُتِيَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ فَأَمَرَ بِالْأُخْدُودِ فِي أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلَامُ يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ.
Dari Shuhaib, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang raja pada zaman sebelum kalian. Ia  mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah tua, ia berkata kepada si raja, “Sesungguhnya usiaku telah tua. Oleh lantaran itu, utuslah kepadaku seorang cowok biar saya ajarkan sihir.” Maka diutuslah seorang cowok yang kemudian diajarkannya sihir. Di jalan menuju tukang sihir itu terdapat seorang rahib (ulama). Pemuda itu mendatangi si rahib (ulama) dan mendengarkan kata-katanya. Si cowok begitu kagum dengan kata-kata rahib. Oleh lantaran itu, ketika ia pergi menuju tukang sihir, ia mampir dulu kepada si rahib sehingga (karena terlambat datang) tukang sihir itu memukulinya. Maka cowok itu mengeluh kepada si rahib, kemudian rahib itu menasihatinya dan berkata, “Jika kau takut kepada pesihir, katakanlah, “Keluargaku menahanku.” Dan kalau kau takut kepada keluargamu, maka katakanlah, “Tukang sihir menahanku.” Ketika keadaan ibarat itu, ia bertemu dengan binatang besar yang menghalangi jalan insan (sehingga mereka tidak bisa lewat). Maka si cowok berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah si pesihir lebih utama ataukah si rahib (ulama).” Setelah itu, ia mengambil watu sambil berkata, “Ya Allah, kalau perintah rahib (ulama) lebih Engkau cintai daripada perintah pesihir maka bunuhlah binatang ini, sehingga insan bisa lewat.” Lalu ia melemparnya, binatang itu pun terbunuh dan orang-orang bisa lewat. Lalu ia mendatangi si rahib dan memberitahukan hal itu kepadanya. Rahib (ulama) berkata, “Wahai anakku, pada hari ini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku. Urusanmu telah hingga pada tingkatan yang saya saksikan. Kelak, engkau akan diuji. Jika engkau diuji maka jangan tunjukkan diriku.” Selanjutnya, cowok itu bisa menyembuhkan orang yang buta, sopak dan segala jenis penyakit. Alkisah, ada pejabat raja yang buta yang mendengar perihal si pemuda. Maka ia membawa hadiah yang banyak kepadanya sambil berkata, '”Apa yang ada di sini, saya kumpulkan untukmu kalau engkau sanggup menyembuhkan aku.” Pemuda itu menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan yaitu Allah. Jika engkau beriman kepada Allah, maka saya akan berdoa kepada Allah, biar Dia menyembuhkanmu.” Lalu ia beriman kepada Allah, dan Allah menyembuhkannya. Kemudian ia tiba kepada raja dan duduk di sisinya ibarat biasanya. Si raja berkata, ”Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” Ia menjawab, “Tuhanku.” Raja berkata, “Apakah kau mempunyai Tuhan selain diriku?” Ia menjawab, “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu yaitu Allah.” Maka Raja menangkapnya dan  terus-menerus menyiksanya hingga ia menawarkan kepada si pemuda. Pemuda itu pun didatangkan. Si raja berkata, “Wahai anakku, sihirmu telah hingga pada tingkat kau bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan kau bisa berbuat ini dan itu.” Si cowok menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Yang menyembuhkan hanyalah Allah.” Lalu ia pun ditangkap dan terus disiksa sehingga ia menawarkan kepada rahib (ulama). Maka rahib (ulama) itu pun didatangkan. Si raja berkata, “Kembalilah kepada agamamu semula!” Ia menolak. Lalu di tengah-tengah kepalanya diletakkan geregaji dan ia dibelah menjadi dua. Kepada pejabat raja yang (dulunya) buta juga dikatakan, “Kembalilah kepada agamamu semula!” Ia menolak. Lalu di tengah-tengah kepalanya diletakkan geregaji dan ia dibelah menjadi dua. Kepada si cowok juga dikatakan, “Kembalilah kepada agamamu semula!” Ia menolak. Lalu ia diserahkan kepada beberapa orang untuk dibawa ke gunung ini dan itu. (Sebelumnya) si raja berkata, “Ketika kalian telah hingga pada puncak gunung maka kalau ia kembali kepada agamanya (biarkanlah dia). Jika tidak, maka lemparkanlah dia!” Mereka pun berangkat. Ketika hingga di puncak gunung, si cowok berdoa, 'Ya Allah, jagalah diriku dari mereka, sesuai dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba gunung itu mengguncang mereka, sehingga semuanya terjatuh. Lalu si cowok tiba hingga bertemu raja kembali. Raja berkata, “Apa yang terjadi dengan orang-orang yang bersamamu?” Ia menjawab, “Allah menjagaku dari mereka.” Lalu ia diserahkan kepada beberapa orang dalam sebuah perahu. Raja berkata, “Bawalah beliau dan angkut ke dalam sebuah kapal. Jika kalian berada di tengah lautan (maka lepaskanlah ia) kalau ia mau kembali kepada agamanya semula. Jika tidak, lemparkanlah beliau ke laut.” Si cowok berdoa, 'Ya Allah, jagalah saya dari mereka, sesuai dengan kehendak-Mu.” Akhirnya bahtera terbalik dan mereka semua karam (kecuali si pemuda). Si cowok tiba lagi kepada raja. Si raja berkata, “Apa yang terjadi dengan orang-orang yang bersamamu?” Ia menjawab, “Allah menjagaku dari mereka.” Lalu si cowok berkata, “Wahai raja, kau tidak akan bisa membunuhku sehingga kau melaksanakan apa yang kuperintahkan.“ Raja bertanya, “Apa perintah itu?” Si cowok menjawab, “Kamu kumpulkan orang-orang di satu lapangan yang luas, kemudian kau salib saya di batang pohon. Setelah itu, ambillah anak panah dari wadah panahku, dan letakkanlah panah itu di tengah busurnya kemudian ucapkanlah, 'Bismillahi rabbil ghulam (artinya: Dengan nama Allah; Tuhan si pemuda).” Maka raja memanahnya dan anak panah itu sempurna mengenai pelipisnya. Pemuda itu meletakkan tangannya di bab yang terkena panah kemudian ia meninggal dunia. Maka orang-orang berkata, “Kami beriman kepada Tuhan si pemuda. Kami beriman kepada Tuhan si pemuda. Lalu raja didatangi dan diberitahukan, 'Tahukah engkau, sesuatu yang selama ini engkau takutkan?” Demi Allah, kini telah tiba, semua orang telah beriman.” Lalu ia memerintahkan menciptakan parit-parit di beberapa pintu jalan, kemudian dinyalakan api di dalamnya. Raja pun  menetapkan, “Siapa yang kembali kepada agamanya semula, maka biarkanlah dia. Jika tidak, maka bakarlah beliau di dalamnya,” atau raja berkata, “Masukkanlah.” Maka orang-orang pun melakukannya (masuk ke dalam parit dan menolak murtad). Hingga tibalah giliran seorang perempuan bersama anaknya. Sepertinya, ibu itu enggan untuk terjun ke dalam api. Lalu anaknya berkata, “Bersabarlah wahai ibuku, sebenarnya engkau berada di atas kebenaran.” (HR. Ahmad, Muslim, Nasa'i dan Tirmidzi. Ibnu Ishaq memasukkannya dalam As Sirah dan disebutkan bahwa nama cowok itu yaitu Abdullah bin At Tamir)
Bersambung...
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa

0 Response to "Kisah-Kisah Shahih (11)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel