Struktur Masyarakat Arab Sebelum Datangnya Islam
tauhidislam | Bangsa Arab yang menempati jazirah Arab termasuk rumpun bangsa Semit (Samiyah). Mereka merupakan keturunan Syam bin Nuh. Selain bangsa Arab, bangsa-bangsa Asyuria, Babilonia, Phunisia, dan Ibrani juga termasuk dalam rumpun bangsa Semit.
Secari garis besar penduduk jazirah Arab dibagi atas dua pecahan, yaitu al-Arab al-Baidah (Arab Baidah) dan al Arab al-Baqiyah (Arab Baqiyah). Al-Arab al-Baidah ialah kabilah-kabilah terdahulu dan telah punah jauh sebelum datangnya Islam. Mereka menempati jazirah Arab sebelah utara, dalam sejarah bangsa Arab , mereka termasuk kala pertama. Kabilah yang termasuk dalam al-Arab al-Baidah ialah kabilah ’Ad, Tsamud, Amaliqah, Yudisa dan Amien. Mereka inilah yang termasuk rumpun bangsa Semit.
Al-Arab al-Baqiyah terbagi dua golongan yaitu al-Arab al-Aribah yang juga disebut al-Qahthaniyah dan al-Arab al-Musta'rabah yang juga disebut al-Adnaniyah. Al-Arab al-Aribah menempati kawasan Yaman, terdiri dari beberapa suku, seperti : Jurhum, Kahlan dan Himyar. Mereka pernah memegang peranan penting dalam sejarah bangsa Arab dengan mendirikan kerajaan-kerajaan besar di Yaman.
Al-Arab al-Musta'rabah merupakan keturunan dari Nabi Ismail 'Alaihi as-Salam. Ketika Nabi Ismail dan ibunya Hajar pindah dan tinggal di Mekah, dikala itu daerah ini berada di bawah kekuasaan Suku Jurhum dari Yaman. sehabis tumbuh dewasa, Nabi Ismail menikah dengan anak dari kepala suku Jurhum. Keturunannya itulah yang disebut al-Arab al-Musta'rabah. Mereka juga disebut al-Arab al-Adnaniyah, karena salah satu turunan Nabi Ismail bernama Adnan. Keturunan Adnan inilah yang melahirkan suku Quraisy dan dari suku inilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam lahir .
Dari segi teritorial, penduduk jazirah Arab terbagi atas dua penggalan yaitu penduduk kota (ahl al-hadhara) dan penduduk pedalaman (ahl al-badwi). Penduduk kota tinggal dan menetap di kota-kota jazirah Arab dengan mata pencaharian utama berdagang dan bercocok tanam. Kafilah perdagangan dari kota Mekah menjadi penghubung hasil-hasil perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Mereka membeli barang perdagangan dari India dan Tiongkok di Yaman kemudian menjualnya ke Syria. Dan setibanya di Syria mereka membeli barang-barang perdagangan dari Eropa dan dijual di Yaman. Penduduk yang bercocok tanam mengelola perkebunan tumbuhan pangan terutama kurma.
Kaum Badui yaitu penduduk yang mendiami kawasan pedalaman. Mereka hidup secara nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu kawasan ke daerah yang lain. Mereka tidak memiliki perkampungan yang tetap. Cara hidup nomaden ini sesuai dengan keadaan alam jazirah Arab. Jazirah ini sebagian besar terdiri dari padang pasir dan tanah pegunungan yang dikelilingi oase. Karna keadaan alam yang seperti itu, mata pencaharian mereka satu-satunya yaitu berternak. Mereka berternak kambing, biri-biri, kuda dan terutama unta.
Unta dan kuda berperan penting dalam kehidupan penduduk padang pasir. Bagi kaum Badui unta merupakan hewan yang menemani aktivitas sehari-hari, sebagai alat pengangkutan, alat tukar menukar (barter) serta dagingnya untuk kuliner. Bahkan jumlah mas kawin, besarnya denda atas pembunuhan, keuntungan main judi, kekayaan seorang penghulu (syekh), semua dapat ditunaikan dengan nilai unta.
Unta ialah sahabat baka bagi seorang Badui. Air susunya diminum sebagai penganti air, karena air hanya diberikan kepada ternak. Daging unta merupakan santapan spesial bagi mereka, kulitnya menjadi pakaian dan perkemahan dan kotorannya dijadikan bahan bakar. Sedangkan manfaat kuda bagi bangsa Arab terletak pada kemampuannya dalam bergerak cepat dalam penyerangan, olah raga dan perburuan. Serbuan dengan mengendarai kuda mampu berlangsung cepat dan tiba-tiba. Kuda dapat memberi laba dalam penyerangan untuk memperebutkan padang rumput dan aspek-aspek lain dari kehidupan padang pasir yang tidak beraturan itu. hukum kehidupan padang pasir merupakan kekuatan, siapa yang besar lengan berkuasa dapat hidup dengan baik, sedangkan yang lemah akan ditindas.
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat organisasi klan (kabilah) sebagai pada dasarnya, dan anggota dari satu clan memiliki hubungan genealogis (pertalian darah). Dalam masyarakat Badui, setiap kabilah memiliki satu perkemahan yang terdiri dari beberapa kemah, dan setiap kemah ditempati oleh satu keluarga. Setiap kabilah dipimpin oleh anggota yang tertua dan disebut syeikh al-kabilah. ia memiliki kekuasaan untuk memimpin dan menyampaikan nasehat-nasehat.
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan peperangan harus diputuskan bersama dalam suatu musyawarah dengan anggota-anggota kabilah lainnya. Semua anggota kabilah memiliki kedudukan yang sama. Seseorang bisa kehilangan keanggotaannya dalam kabilah apabila dia melanggar kedisiplinan, misalnya dia membunuh salah seorang anggota kabilahnya. Dalam hal ini ia harus mendapat hukuman berupa qishas (dibunuh), jika si pembunuh tadi melarikan diri, maka ia akan kehilangan keanggotaan dalam kabilahnya.
Orang yang kehilangan kabilahnya harus mencari proteksi pada kabilah lain. semoga diterima menjadi anggota kabilah yang gres, beliau harus melalui upacara tertentu, yaitu dengan meminum beberapa tetes darah dari anggota orisinil kabilah yang gres. Namun jika seseorang anggota kabilah membunuh salah satu anggota kabilah lain, maka hal ini menjadi tanggung jawab dari seluruh anggota kabilahnya. Ini berarti seluruh anggota kabilah akan terancam oleh anggota-anggota kabilah yang dibunuh. lantaran mereka akan berusaha untuk membalas dendam.
Masyarakat kota juga terdiri dari berbagai macam kabilah, setiap kabilah juga dipimpin oleh seorang syekh al-qabilah. Dan di antara kabilah-kabilah tersebut ada yang mempunyai status sosial yang tinggi. seperti halnya Kabilah Quraisy di Mekah, mereka dianggap lebih mulia dari kabilah-kabilah yang lain. Mungkin lantaran mereka secara turun temurun memegang kekuasaan di Mekah. Sedangkan Di Yastrib ada kabilah Auz dan Hazraj yang memiliki status yang lebih tinggi dari kabilah-kabilah lainnya di kota tersebut.
Sumber:
Tim Penyusun Textbook Sejarah dan kebudayaan Islam Direktorat Jendral pelatihan Kelembagaan Agama Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1981/1982.
Secari garis besar penduduk jazirah Arab dibagi atas dua pecahan, yaitu al-Arab al-Baidah (Arab Baidah) dan al Arab al-Baqiyah (Arab Baqiyah). Al-Arab al-Baidah ialah kabilah-kabilah terdahulu dan telah punah jauh sebelum datangnya Islam. Mereka menempati jazirah Arab sebelah utara, dalam sejarah bangsa Arab , mereka termasuk kala pertama. Kabilah yang termasuk dalam al-Arab al-Baidah ialah kabilah ’Ad, Tsamud, Amaliqah, Yudisa dan Amien. Mereka inilah yang termasuk rumpun bangsa Semit.

Al-Arab al-Baqiyah terbagi dua golongan yaitu al-Arab al-Aribah yang juga disebut al-Qahthaniyah dan al-Arab al-Musta'rabah yang juga disebut al-Adnaniyah. Al-Arab al-Aribah menempati kawasan Yaman, terdiri dari beberapa suku, seperti : Jurhum, Kahlan dan Himyar. Mereka pernah memegang peranan penting dalam sejarah bangsa Arab dengan mendirikan kerajaan-kerajaan besar di Yaman.
Al-Arab al-Musta'rabah merupakan keturunan dari Nabi Ismail 'Alaihi as-Salam. Ketika Nabi Ismail dan ibunya Hajar pindah dan tinggal di Mekah, dikala itu daerah ini berada di bawah kekuasaan Suku Jurhum dari Yaman. sehabis tumbuh dewasa, Nabi Ismail menikah dengan anak dari kepala suku Jurhum. Keturunannya itulah yang disebut al-Arab al-Musta'rabah. Mereka juga disebut al-Arab al-Adnaniyah, karena salah satu turunan Nabi Ismail bernama Adnan. Keturunan Adnan inilah yang melahirkan suku Quraisy dan dari suku inilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam lahir .
Dari segi teritorial, penduduk jazirah Arab terbagi atas dua penggalan yaitu penduduk kota (ahl al-hadhara) dan penduduk pedalaman (ahl al-badwi). Penduduk kota tinggal dan menetap di kota-kota jazirah Arab dengan mata pencaharian utama berdagang dan bercocok tanam. Kafilah perdagangan dari kota Mekah menjadi penghubung hasil-hasil perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Mereka membeli barang perdagangan dari India dan Tiongkok di Yaman kemudian menjualnya ke Syria. Dan setibanya di Syria mereka membeli barang-barang perdagangan dari Eropa dan dijual di Yaman. Penduduk yang bercocok tanam mengelola perkebunan tumbuhan pangan terutama kurma.
Kaum Badui yaitu penduduk yang mendiami kawasan pedalaman. Mereka hidup secara nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu kawasan ke daerah yang lain. Mereka tidak memiliki perkampungan yang tetap. Cara hidup nomaden ini sesuai dengan keadaan alam jazirah Arab. Jazirah ini sebagian besar terdiri dari padang pasir dan tanah pegunungan yang dikelilingi oase. Karna keadaan alam yang seperti itu, mata pencaharian mereka satu-satunya yaitu berternak. Mereka berternak kambing, biri-biri, kuda dan terutama unta.
Unta dan kuda berperan penting dalam kehidupan penduduk padang pasir. Bagi kaum Badui unta merupakan hewan yang menemani aktivitas sehari-hari, sebagai alat pengangkutan, alat tukar menukar (barter) serta dagingnya untuk kuliner. Bahkan jumlah mas kawin, besarnya denda atas pembunuhan, keuntungan main judi, kekayaan seorang penghulu (syekh), semua dapat ditunaikan dengan nilai unta.
Unta ialah sahabat baka bagi seorang Badui. Air susunya diminum sebagai penganti air, karena air hanya diberikan kepada ternak. Daging unta merupakan santapan spesial bagi mereka, kulitnya menjadi pakaian dan perkemahan dan kotorannya dijadikan bahan bakar. Sedangkan manfaat kuda bagi bangsa Arab terletak pada kemampuannya dalam bergerak cepat dalam penyerangan, olah raga dan perburuan. Serbuan dengan mengendarai kuda mampu berlangsung cepat dan tiba-tiba. Kuda dapat memberi laba dalam penyerangan untuk memperebutkan padang rumput dan aspek-aspek lain dari kehidupan padang pasir yang tidak beraturan itu. hukum kehidupan padang pasir merupakan kekuatan, siapa yang besar lengan berkuasa dapat hidup dengan baik, sedangkan yang lemah akan ditindas.
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat organisasi klan (kabilah) sebagai pada dasarnya, dan anggota dari satu clan memiliki hubungan genealogis (pertalian darah). Dalam masyarakat Badui, setiap kabilah memiliki satu perkemahan yang terdiri dari beberapa kemah, dan setiap kemah ditempati oleh satu keluarga. Setiap kabilah dipimpin oleh anggota yang tertua dan disebut syeikh al-kabilah. ia memiliki kekuasaan untuk memimpin dan menyampaikan nasehat-nasehat.
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan peperangan harus diputuskan bersama dalam suatu musyawarah dengan anggota-anggota kabilah lainnya. Semua anggota kabilah memiliki kedudukan yang sama. Seseorang bisa kehilangan keanggotaannya dalam kabilah apabila dia melanggar kedisiplinan, misalnya dia membunuh salah seorang anggota kabilahnya. Dalam hal ini ia harus mendapat hukuman berupa qishas (dibunuh), jika si pembunuh tadi melarikan diri, maka ia akan kehilangan keanggotaan dalam kabilahnya.
Orang yang kehilangan kabilahnya harus mencari proteksi pada kabilah lain. semoga diterima menjadi anggota kabilah yang gres, beliau harus melalui upacara tertentu, yaitu dengan meminum beberapa tetes darah dari anggota orisinil kabilah yang gres. Namun jika seseorang anggota kabilah membunuh salah satu anggota kabilah lain, maka hal ini menjadi tanggung jawab dari seluruh anggota kabilahnya. Ini berarti seluruh anggota kabilah akan terancam oleh anggota-anggota kabilah yang dibunuh. lantaran mereka akan berusaha untuk membalas dendam.
Masyarakat kota juga terdiri dari berbagai macam kabilah, setiap kabilah juga dipimpin oleh seorang syekh al-qabilah. Dan di antara kabilah-kabilah tersebut ada yang mempunyai status sosial yang tinggi. seperti halnya Kabilah Quraisy di Mekah, mereka dianggap lebih mulia dari kabilah-kabilah yang lain. Mungkin lantaran mereka secara turun temurun memegang kekuasaan di Mekah. Sedangkan Di Yastrib ada kabilah Auz dan Hazraj yang memiliki status yang lebih tinggi dari kabilah-kabilah lainnya di kota tersebut.
Sumber:
Tim Penyusun Textbook Sejarah dan kebudayaan Islam Direktorat Jendral pelatihan Kelembagaan Agama Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1981/1982.
0 Response to "Struktur Masyarakat Arab Sebelum Datangnya Islam"
Post a Comment