KISAH KETABAHAN NABI AYYUB
Nabi Ayyub di utus oleh Alloh kepada kaumnya, adalah kaum Huran dan Tih, ia berbudi baik dan halus, sepanjang hidupnya tiada seorang pun yang menyalahi dengan dusta dan ingkar, berkat kehormatan yang diberikan oleh Alloh kepadanya dan ibu bapaknya.
Beliau suka mendirikan masjid-masjid dan menyampaikan syari’at-syari’at agama Alloh. dia suka menyantuni belum dewasa yatim bagaikan seorang bapak yang penuh kasih sayang, terhadap para janda bagaikan seorang suami, demikian pula terhadap rakyat kecil yang lemah bagaikan saudara kandung penuh cinta kasih. Para pembantu yang mengurus tumbuhan dan buah-buahan di kebun dan sawahnya, dipesankan kepada mereka supaya membiarkan bagi siapa saja yang yang ingin memetiknya.
Dalam hal peternakan, setiap tahun terus meningkat, bahkan setiap hewan mempunayi anak kembar-kembar, sekalipun demikian semua harta kekayaan tidak mempengaruhinya sedikitpun, beliau pandai mensyukuri nikmat santunan Alloh, baik dalam hati maupun dicetuskan lewat lesannya, bahkan dia selalu memanjatkan do’a kepada Alloh, “Ya Alloh, ini semua yaitu pemberian-Mu kepada semua hambamu di lokasi penjara dunia, sangat jauh dibandingkan dengan dukungan-Mu di sorga bagi andal karomah-Mu di negri penuh menu-Mu”.
Itulah pangkal penyebab timbulnya iri, drengki makhluk Alloh tiada berbudi sebangsa Iblis. Iblis tidak terima dengan keberhasilan Nabi Ayyub, suatu hari ia berkata, “Ayyub benar-benar sukses usahanya, baik urusan dunia maupun akhirot. Untuk itu, ia harus dirusak salah satu atau kedua-duanya”.
Pada masa itu, Iblis dapat naik ke langit tingkat tujuh, ia bebas parkir di daerah mana saja sesukanya. Pada suatu hari ia naik seakan-akan biasanya, dan ditanya oleh Alloh,
“Hai makhluk terkutuk, tidakkah melihat hambaKu yang telah sukses dalam usahanya? mampukah kau mencontoh barang sedikit saja?”.
“Ya dewa, benar saja Ayyub tekun beribadah kepadaMu, sebab ia diberi kelapangan rizki dan kesehatan jasmani, seandainya tidak demikian, pasti ia pun enggan beribadah kepada-Mu, ia seorang hamba yang penuh dengan kecukupan”. Jawab Iblis.
“Bohong kamu, alasannya saya tahu pasti bahwa ia benar-benar beribadah dan bersyukur kepadaKu, sekalipun tiada kelapangan rizki baginya”.
“Ya yang kuasa…. kalau begitu, aku ingin mengujinya, hingga sejauh mana ia tidak lupa berdzikir dan beribadah kepadaMu, untuk itu berilah aku kemampuan untuk menguasai dirinya!”. sahut Iblis.
Setelah terjadi perdebatan yang panjang, akhirnya Alloh memenuhi tuntutan Iblis terkutuk, dengan catatan tidak pada jiwa dan lesan Nabi Ayyub.
Sekembalinya dari langit, Iblis menelusuri pantai bahari, ia berteriak sekerasnya memanggil bangsa jin. Dengan waktu yang tidak usang semua bangsa jin pun segera berhimpun, tiada seorang pun yang tersisa, baik pria maupun wanita, semuanya mendekat di sisi Iblis, kemudian bertanya,
“Apa yang menimpa tuan besar?”.
“Kini aku memperoleh proyek besar, yang belum pernah diperoleh semenjak aku sukses menggulingkan Adam dari nirwana, yaitu memperdaya Ayyub, untuk itu marilah kita kerjakan bahu-membahu”.
Tanpa banyak pertanyaan, semua bangsa jin dengan caranya masing-masing mulai bergerak memperdaya Nabi Ayyub. Mereka mengerahkan seluruh pasukan yang ada, dan mengatur strategi. Rumah-rumah, taman-taman, kebun-kebun dan sawah-sawah semua mereka hancurkan, sehingga semua harta kekayaan Nabi Ayyub habis dimusnahkan Iblis dan bala tentaranya.
Setelah berhasil menghancurkan semua harta kekayaan Nabi Ayyub, Iblis menghampiri Nabi Ayyub yang sedang sholat di masjid dan berkata,
“Hai Ayyub, kenapa engkau hening-tenang beribadah kepada Alloh, padahal engkau dalam keadaan terancam bahaya. tuhanmu telah mengirim api dari langit yang membumi hanguskan seluruh harta kekayaanmu”.
Nabi Ayyub tidak menjawab sepatah kata pun pada omongan Iblis, bahkan ia memanjatkan doa kepada Alloh setelah sholat selesai, “Segala Puji bagi Alloh yang telah memberi harta kekayaan kepadaku, kemudian sekarang sudah saatnya Dia menarik kembali dari tanganku”. Setelah berdoa kemudian dia meneruskan lagi sholatnya.
Melihat keadaan seolah-olah itu, Iblis merasa usahanya tidak berhasil dan ia pulang dengan penuh kecewa, bahkan merasa terhina dan menyesal akibat tindakan Nabi Ayyub.
Adalah Nabi Ayyub punya 14 orang anak, tujuh diantaranya putra, dan tujuh putri. Setiap hari makan siang di rumah saudaranya, dikala itu berkumpul di rumah saudara mereka tertua (yakni Harmula), dan pasukan syetan pun menyekap mereka dan melempari, hingga meninggal dunia semua dalam satu meja makan, diantara mereka ada yang tengah menyuap kuliner dan ada pula yang memegang gelas minuman. Lagi-lagi Iblis menghampiri Nabi Ayyub, yang tengah shalat. Sahut Iblis,
“Hai Ayyub, kenapa engkau tetap tekun beribadah pada Allah, padahal Allah telah merobohkan rumahmu dan menimpa bawah umurmu, hingga binasa seluruhnya?”.
Namun Ayyub tidak menjawab sedikitpun, bahkan ia menyempurnakan shalatnya. Setelah akhir sholat ia berdoa,
“Segala puji bagi Allah Yang telah memberiku, dan menarik kembali dariku”. Setelah berdoa Nabi Ayyub menambahkan, “Hai Iblis makhluk terkutuk, ketahuilah bahwa seluruh harta dan bawah umur ialah fitnah, ujian bagi laki-laki maupun perempuan, dan semua telah ditarik kembali oleh Allah dari tanganku, hingga saya mampu bersabar dan tetap tekun beribadah kepada dewaku”. Kembali Iblis pulang dengan penuh kecewa, merugi serta terkutuk.
Namun Iblis tidak berputus asa, ia terus mengejar Nabi Ayyub, lagi-lagi ia tiba sewaktu Nabi Ayyub tengah melaksanakan shalat, bertepatan Ayyub melaksanakan sujud, Iblis meniup hidung dan verbal, maka mengembunglah tubuh Ayyub dan banyak berpeluh, hingga tubuh terasa berat. Melihat keadaan itu Rahmah istrinya mencoba menghibur dan mengingatkan Nabi Ayyub,
“Derita sakitmu ini ialah balasan kesedihanmu memikirkan hartamu yang musnah dan tragedi yang menimpa bawah umurmu, sedang kau beribadah terus menerus di malam hari, siangnya berpuasa, tak kenal istirahat barang sesaat pun, lagi pula tak suka berhibur”.
Selang beberapa hari kemudian Nabi Ayyub diserang penyakit cacar seluruh tubuhnya, mulai kepala sampai kaki, darah dan infeksi mengalir dari tubuhnya, dan ulat-ulat pun berjatuhan, akhirnya seluruh famili dan kawan-kawan menyatakan cerai dan menghindarinya. Demikian pula dua dari ketiga orang istrinya menuntut cerai secara resmi, kecuali dewi Rahmah seorang istrinya yang setia melayani siang dan malam hari.
Tidak terbatas sampai di sini penderitaan Nabi Ayyub, kaum hawa tetangganya menuntut Nabi Ayyub supaya angkat kaki dari kampungnya, lewat istrinya, mereka berkata,
“Hai Rahmah, kami sangat khawatir kalau nanti penyakit suamimu menular pada anak-anak kami, seharusnya ia disingkirkan saja dari kampung kami, kalau tidak, kami akan memaksamu keluar”.
Mendengar perkataan tetangganya, Dewi Rahmah pun segera keluar, pakaiannya dibungkus, kemudian dibawa pergi sambil berteriak keras, “Aduh, demikian berat penderitaan ini, kami harus mengembara dan berpisah, mereka telah mengusir dari kampung dan rumah kami”.
Nabi Ayyub di gendong pada punggungnya, diiringi isakan tangis istrinya, ia dibawa kesebuah lokasi bekas rumah yang sudah rusak, tempat pembuangan sampah dan disanalah ia ditaruh. baru beberapa hari bertempat di situ, masyarakat sekitar melihat demikian itu kontan mengusirnya juga, dan mereka tidak segan-segan mengerahkan anjing-anjingnya untuk memaksa Nabi Ayyub dan istrinya keluar dari lokasi tersebut. Dengan terpaksa dan diiringi isakan tangis Dewi Rahmah pun membawa pergi Nabi Ayyub menuju suatu kawasan yang jauh dari kampung. Sesampainya disana Dewi Rahmah membuat sebuah gubug dari kayu dan disitulah Nabi Ayyub di rawat. Keesokan harinya Dewi Rahmah pergi dan datang dengan membawa alas tidur sebangsa tikar serta batu sebagai bantalnya. Untuk mengambil air minum, Dewi Rahmah membawakan wadah air yang biasa dipakai oleh para penggembala memberi minum ternak-ternaknya.
Suatu hari Dewi Rahmah berniat ingin menuju suatu dusun terdekat untuk mencari pekerjaan yang mampu menghasilkan uang dan untuk dibelikan sesuap nasi, tapi Nabi Ayyub memanggilnya, “Hai Rahmah, kembalilah.. aku menasehatimu, jikalau kau hendak pergi menjauh dariku saya akan kau biarkan sendirian di tempat ini”.
“Janganlah tuanku khawatir, sebab mustahil aku membiarkanmu seorang diri, selama hayat dikandung badanku”. Jawab Rahmah dengan lembut.
Akhirnya Dewi Rahmah berangkat menuju suatu dusun, dan diterima sebagai karyawan pada suatu perushaan roti. Ia bekerja setiap hari pada perusahaan roti berangkat pagi pulang sore untuk memberi makan Nabi Ayyub. lama kelamaan masyarakat dusun itu mengerti bahwa ia yaitu istri Nabi Ayyub, mereka pun berhenti tidak suka memberi makan padanya sambil mengatakan,
“Menjauhlah dari kami…sebab kini kami merasa jijik padamu”.
Sambil menangis, Dewi Rahmah memohon kepada Alloh,
“Ya Alloh…Engkau melihat keadaanku ini, seolah-olah dunia ini berubah menjadi sempit bagi kami, semua orang selalu menghina dan mengejek kami, namun kami berharap janganlah Engkau menghina kami kelak di akherat. Ya Alloh…mereka telah mengusir dari rumah kami di dunia, namun kami berharap janganlah Engkau mengusir kami dari rumahMu kelak di akhirat”.
Kemudian ia pun berangkat untuk menemui wanita istri perusahaan roti itu, sesampainya disana, ia mengutarakan keinginannya pada perempuan itu,
“Sungguh, suamiku saat ini tengah lapar, untuk itu perkenankanlah aku meminjam roti kepadamu”.
“Menjauhlah dariku secepatnya supaya suamiku tidak melihatmu, untuk bisa menerima roti, kamu supaya menyerahkan gelungan rambutmu kepadaku”. Jawab perempuan itu.
Dewi Rahmah memiliki 12 buah gelungan melembreh ke tanah, indah dan bagus serupa dengan yang ditemukan oleh Nabi Yusuf pada Siti Zulaikhoh.
Wanita istri perusahaan roti pun datang dengan gunting untuk memotong gelungan rambut Dewi Rahmah, kemudian di tukarkan dengan empat potong roti.
Dewi Rahmah merasa bersalah dengan tindakannya itu, dalam hatinya mengatakan… “Ya Alloh, tindakanku ini semata-mata berbakti kepada suamiku untuk memberi makan nabiMu dengan menjual gelunganku”.
Setelah tiba di rumah, Nabi Ayyub melihat roti segar di tangan istrinya, beliau pun menaruh perhatian dan menyangka jangan-jangan istrinya telah menjual dirinya, “Hai istriku, kamu bisa membeli beberapa potong roti dapat uang darimana?”, Demi Alloh, jikalau Alloh memberiku kesembuhan, aku akan memukul dirimu sebanyak 100 kali”.
Dewi Rahmah tidak menjawab dengan kata-kata, ia membuka kerudungnya dan menunjukkan pada Nabi Ayyub, rambutnya habis dijual untuk membeli kuliner.
Sambil meneteskan air mata Nabi Ayyub mengadu kepada Alloh,
“Ya Alloh, telah lenyap upayaku hingga mencapai suatu kasus bahwa seorang istri nabiMu telah menukarkan rambutnya untuk membelanjai diriku”.
Sambil memotong roti dan menyuapi Nabi Ayyub, Dewi Rahmah sedikit menghibur pada suaminya, “Hai suamiku, kini janganlah bersedih, alasannya ialah rambutku dapat tumbuh lebih anggun daripada yang semula”.
Sekujur tubuh Nabi Ayyub penuh dengan penyakit, sampai banyak ulat-ulat yang memakan dirinya, setiap ulat jatuh dari tubuhnya, ia pun mengambil dan mengembalikannya ketempat semula pada dirinya sambil mengatakan, “Makanlah pada apa-apa yang telah di rizkikan oleh Alloh kepadamu”.
Daging pada tubuhnya sudah pada habis dimakan ulat-ulat itu, sehingga kelihatan tulang-tulang, urat dan sarafnya. Ketika matahari terbit menyinari, tembuslah sinarnya dari tubuh bagian depan sampai punggungnya. Yang tersisa hanyalah hati dan lesan, sebab hatinya tidak pernah sepi selalu bersyukur kepada Alloh dan lesannya pun selalu berdzikir kepada Alloh. Keadaan sakit seolah-olah itu ia terima dengan sabar dan tawakal serta tidak mengeluh sedikitpun selama 18 tahun.
Pada suatu hari Dewi Rahmah berkata kepada Nabi Ayyub,
“Engkau seorang Nabi yang terhormat di sisi ilahimu, alangkah baiknya jikalau engkau memohon kepada Alloh semoga menyembuhkan penyakitmu..”.
“Sudah berapa tahun era senang kita..?” tanya Nabi Ayyub
“Sudah 80 tahun”. Jawab istrinya
“Sungguh aib rasanya kalau saya berdo’a kepada Alloh, mengingat cobaan yang telah menimpa diriku belum seberapa dibandingkan dengan kesehatan dan kesenangan yang selama ini saya rakasakan”. Sahut Ayyub.
Waktu terus bergulir, sakit yang diderita Nabi Ayyub tidak semakin membaik, dan ketika tiada lagi daging pada tubuhnya yang layak dimakan, maka ulat-ulat pun saling memakan pada sesamanya, hanya tersisa dua ekor ulat yang selalu mencari sisa-sisa daging pada tubuh Nabi Ayyub dan tidak menjumpai daging sedikit pun. Salah seekor ulat yang sampai ke hati dan memakannya, sedangkan seekor lainnya hingga ke lesan dan mengigitnya pula.
Pada saat itulah Nabi Ayyub berdo’a kepada Alloh,
“Ya Alloh, bahu-membahu saya telah mendapat cobaan yang berat, dan sebetulnya Engkau maha Pengasih dari segala pengasih”.
Do’anya Nabi Ayyub bukan berarti keluh kesah dan bukan berarti pula menyimpang dari golongan orang-orang yang bersabar. Kesedihan Nabi Ayyub bukan akibat harta dan belum dewasanya yang musnah binasa, namun rasa takut terhenti dari bersyukur dan berdzikir kepada Alloh. Dan seolah-olah ia berdo’a, “Ya Alloh, sabarkanlah hatiku dalam mendapat segala ujian dariMu sepanjang hati terus mencintaiMu dan lesan berdzikir kepadaMu, jika keduanya telah lenyap dariku, berarti terhentilah cintaku dan dzikirku kepadamu dan aku bukan tergolong orang yang bersabar”.
Kemudian Alloh menjawab,
“Hai Ayyub, kamu tidak usah bersedih karena lesan, hati, ulat, sakit semua yaitu milikku. Sungguh 70 orang Nabi telah menuntut ujian macam ini dariku, namun engkaulah yang Kupilih, untuk menambah kemulyaanmu disisiku. Dan ini bagimu hanyalah cobaan bentuk lahir saja”.
Kesedihan Ayyub saat hati dan lesannya digerogoti ulat, alasannya ia senantiasa tafakkur dan berdzikir pada Allah. Akhirnya kedua ekor ulat itu pun dijatuhkan oleh Allah dari tubuhnya, seekor menjadi lintah di air yang dapat dibuat menyembuhkan orang sakit, sedang seekor lagi jatuh di darat bermetamorfosis lebah yang juga madunya dibentuk obat bagi manusia.
Kemudian Jibril tiba dengan membawa dua buah delima nirwana, begitu melihat Jibril tiba Nabi Ayyub eksklusif bertanya,
“ Hai Jibril, masih ingatkah Alloh kepadaku?”
“Tentu, bahkan Alloh kirim salam kepadamu dan menyuruh supaya engaku makan dua delima ini, nanti penyakitmu mampu sembuh, daging dan tulangmu bisa pulih kembali”. Jawab Jibril
Sesudah makan bua delima, Jibril berseru, “Hai Nabi Ayyub. bangunlah dengan izin Alloh.”
Setelah Nabi Ayyub bangkit dengan tegak, Alloh memerintahkan kepada Nabi Ayyub, “Hai Ayyub, pukullah bumi dengan kakimu”.
Nabi Ayyub menuruti perintahnya Alloh, dia memukul bumi dengan kaki kanannya, seketika itu keluarlah air hangat dari dalam tanah kemudian dia mandi dengan air tersebut. Berikutnya dia memukul bumi dengan kaki kirinya, seketika itu keluarlah air cuek yang mampu diminum olehnya. Dengan keajaiban yang kuasa, segalah penyakit yang diderita Nabi Ayyub lenyap, tubuhnya menjadi lebih elok dari yang semula, mukanya bersinar melebihi cahaya bulan.
Firman Alloh,
“Lalu Kami perkenankan do’anya dan Kami lenyapkan penyakit berbahaya pada dirinya, dan Kami datangkan kepadanya seluruh keluarganya semisal mereka, sebagai rahmat dari sisi Kami dan sebagai peringatan bagi orang-orang yang beribadah”.
Semua bawah umur Nabi Ayyub meninggal dunia, setelah dia sembuh dari sakitnya, Alloh menghidupkan anaknya dan menambah anak semisal dengan jumlah anaknya yang meninggal, yaitu tujuh orang laki-laki dan 7 orang perempuan sehingga jumlah seluruhnya menjadi 28 orang.
Kini Nabi Ayyub bisa berkumpul kembali dengan keluarganya dan merasakan kebahagiaan yang telah usang hilang. Setelah itu Nabi Ayyub mengambil dahan ranting kecil sebanyak seratus batang, kemudian diikat menjadi satu. Dewi Rahmah dipukulnya sekali untuk menghilangkan sumpahnya ketika marah kepada istrinya beberapa waktu kemudian. Selanjutnya mereka hidup senang serta menurunkan Nabi-nabi dibelakang hari.
Demikian dongeng ketabahan seorang Nabi yang menderita penyakit koreng di sekujur tubuh selama 18 tahun. Ini sebagai teladan bagi orang-orang yang beribadah, supaya mereka tahu bahwa setiap orang yang menetapi barang haq pasti mendapat cobaan, dan supaya tahu wacana ujian terberat adalah bagi para Nabi, kemudian para kekasih Alloh, selanjutnya orang-orang yang semisal mereka. Untuk itu, petiklah dari mereka, baik dalam hal amaliyah ataupun sikapnya yang penuh kesabaran. Dengan ini pula dapat diketahui bahwa, “JALAN MENUJU ALLOH/KE AMALIYAH YANG BAIK ADALAH LEBIH erat DIBANDING bantuan YANG BAIK”.
0 Response to "KISAH KETABAHAN NABI AYYUB"
Post a Comment