-->

Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian

Jujur (as-sidqu) yaitu menyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataan, sedangkan dusta (al-kazibu) yaitu mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan. Kejujuran merupakan petunjuk dan jalan menuju surga Allah Swt. sedangkan dusta adalah petunjuk dan jalan menuju neraka. Jujur ialah sifat para nabi dan rasul Allah Swt., sedangkan bohong atau dusta adalah ciri atau sifat orang-orang munafik.

Kejujuran akan menciptakan ketenangan, kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan kenikmatan lahir batin baik di dunia maupun di alam baka kelak. Sementara, kedustaan menimbulkan kegoncangan, kegelisahan, konflik sosial, kekacauan, kehinaan, dan kesengsaraan lahir dan batin baik di dunia apalagi di darul baka.

Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri memuji suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai orang yang tidak bersalah dengan menyampaikan bahwa orang yang dicari tidak ada. Ketika ucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar hening dan rukun kembali.

A. Memahami Makna Kejujuran
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq” yang berarti benar, kasatmata, atau berkata benar. Lawan kata ini ialah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kazibu”. Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna:
  1. Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; 
  2. Kesesuaian antara gosip dan kenyataan; 
  3. Ketegasan dan kemantapan hati; 
  4. Sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (siddiq) sebagai berikut.
  1. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan lantaran Allah Swt.
  2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya warta yang diterima dengan yang disampaikan. 
  3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu bersedekah dengan sungguh sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya

Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha waquuluu qawlan sadiid)
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzab/33:70)

Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad hendak memulai dakwah Rasulullah saw. bangun di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul. Setelah masyarakat berkumpul ia tersenyum lalu bersabda, “Saudara-saudaraku, kalau saya memberi kabar kepadamu, jikalau di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berlaku Jujur
1. Q.S. al-Maidah/5:8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina lillaahi syuhadaa-a bialqisthi walaa yajrimannakum syanaaanu qawmin 'alaa allaa ta'diluu i'diluu huwa aqrabu lilttaqwaa waittaquu allaaha inna allaaha khabiirun bimaa ta'maluuna)

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kau sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kau untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih erat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Kandungan Q.S. al-Maidah/5:8
Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin biar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan lapang dada lantaran Allah Swt., baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi.

2. Q.S. at-Taubah/9:119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha wakuunuu ma'a alshshaadiqiina)

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt., dan bersamalah kau dengan orang-orang yang benar.”

Kandungan Q.S. at-Taubah/9:119
Dalam ayat ini, Allah Swt. memperlihatkan permintaan-Nya dan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, agar mereka tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan ri«a-Nya, dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya

3. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke nirwana. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)

Kandungan Hadis
Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara. Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta. Karena jikalau engkau senantiasa jujur, maka itu akan membawamu kepada al-birr (yakni melaksanakan segala kebaikan), dan kebaikan itu akan membawamu ke Surga.

C. Menerapkan Perilaku Mulia
Penerapan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya seolah-olah berikut.
Anak Jujur
  1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang saat akan pergi ke mana pun.
  2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang bau tanah.
  3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya.
  4. Melaporkan prestasi hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.
  5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada sahabat ketika sedang ulangan atau ujian sekolah.
  6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan tiba atau ketidakhadiran ke sekolah.
  7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari sahabat atau orang lain meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
  8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang mampu menghalanginya.
  9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak mampu memenuhi kesepakatan tersebut.
  10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab.
  11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.

0 Response to "Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel