Perilaku Taat, Kompetisi dalam Kebaikan, dan Etos Kerja
Pentingnya menaati pemimpin supaya roda pemerintahan berjalan dengan baik, makin baik kepemimpinan, makin baik pula rakyatnya. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk
kembali kepada al-Qur’an dan hadis.
Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi semoga mampu meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 yaitu bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti mampu. Untuk menerima sesuatu, dibutuhkan kerja keras.
Kandungan Q.S. at-Taubah/9: 105 yaitu bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat Islam untuk semangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.
A. Pentingnya Taat kepada Aturan
Taat mempunyai arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan ialah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.
Aturan yang paling tinggi yaitu aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibentuk oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibentuk oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, kawasan, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin.
(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula waulii al-amri minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaan)
Hukum Tajwid
Arti Kata/Kalimat
Artinya:
Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib aturannya untuk menolak.
B. Kompetisi dalam Kebaikan
Hidup yaitu kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan aksentuasi kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:
(wa-anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alkitaabi wamuhayminan 'alayhi fauhkum baynahum bimaa anzala allaahu walaa tattabi' ahwaa-ahum 'ammaa jaa-aka mina alhaqqi likullin ja'alnaa minkum syir'atan waminhaajan walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin liyabluwakum fiimaa aataakum faistabiquu alkhayraati ilaa allaahi marji'ukum jamii'an fayunabbi-ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifuuna)
Hukum Tajwid
Arti Kata/Kalimat
Artinya:
Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting ialah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ayat ini juga mendorong pengembangan aneka macam macam kemampuan yang dimiliki oleh insan, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan insan dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.
C. Etos Kerja
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.
(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna)
Hukum Tajwid
Arti Kata/Kalimat
Artinya:
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh insan akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt.
pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini ialah
penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.
D. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan ialah seolah-olah berikut.
kembali kepada al-Qur’an dan hadis.
Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi semoga mampu meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 yaitu bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti mampu. Untuk menerima sesuatu, dibutuhkan kerja keras.
Kandungan Q.S. at-Taubah/9: 105 yaitu bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat Islam untuk semangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.
A. Pentingnya Taat kepada Aturan
Taat mempunyai arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan ialah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.
Aturan yang paling tinggi yaitu aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibentuk oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibentuk oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, kawasan, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً
(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula waulii al-amri minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaan)
Hukum Tajwid
| Surat an-Nisa/4:59 | |
|---|---|
| Lafal | Hukum Tajwid |
| يَا أَيُّهَا | Mad jaiz munfasil lantaran ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat |
| الَّذِينَ | Idghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti salah satu karakter syamsyiyah yaitu huruf lam |
| آمَنُوا أَطِيعُوا | Mad jaiz muttasil lantaran ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat, dan ada mad thobi'i orisinil juga lantaran ada kasroh diikuti ya' sukun |
| اللَّهَ | Tafhim lantaran ada lam jalalain didahului dhommah |
| وَأَطِيعُوا | Mad thobi'i lantaran ada kasroh diikuti ya' sukun |
| الرَّسُولَ | Idghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti abjad syamsyiyah yaitu aksara ro' |
| الْأَمْرِ | Idhar qomariyah lantaran ada alif lam diikuti karakter qomariyah yaitu huruf alif |
| مِنْكُمْ | Ihfa' haqiqi lantaran ada nun sukun bertemu kaf |
| فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ | Ihfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu ta' |
| تَنَازَعْتُمْ فِي | Idhar syafawi lantaran ada mim mati bertemu fa' |
| شَيْءٍ فَرُدُّوهُ | Ihfa' haqiqi karena ada tanwin diikuti fa' |
| إِلَى اللَّهِ | Tafhim karena ada lam jalalain didahului fathah |
| وَالرَّسُولِ | Idghom syamsyiyah karena ada alif lam bertemu ro' |
| إِنْ كُنْتُمْ | Ihfa' haqiqi lantaran ada nun sukun bertemu kaf, dan ada nun sukun bertemu ta' |
| كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ | Idhar syafawi lantaran ada mim mati bertemu ta' |
| بِاللَّ | Tarqiq karena ada lam jalalain didahului kasroh |
| وَالْيَوْمِ | Idhar qomariyah lantaran ada alif lam bertemu ya' |
| الْآخِرِ | Idhar qomariyah lantaran ada alif lam bertemu alif |
| خَيْرٌ وَأَحْسَنُ | Idhom bighunna lantaran ada tanwin bertemu wawu |
| تَأْوِيلًا | Mad alid lis sukun lantaran ada mad thobi'i waqof |
Arti Kata/Kalimat
| ءَامَنُوٓاْ | ٱلَّذِينَ | يَٰٓأَيُّهَا |
| beriman | orang-orang yang | wahai |
| وَأَطِيعُواْ | ٱللَّهَ | أَطِيعُواْ |
| dan taatlah | Allah | taatlah kamu |
| ٱلۡأَمۡرِ | وَأُوْلِي | ٱلرَّسُولَ |
| Amri | dan ulil | Rasul |
| تَنَٰزَعۡتُمۡ | فَإِن | مِنكُمۡۖ |
| kamu berselisih | maka jikalau | diantara kau |
| فَرُدُّوهُ | شَيۡءٖ | فِي |
| maka kembalikanlah ia | sesuatu | dalam/tentang |
| وَٱلرَّسُولِ | ٱللَّهِ | إِلَى |
| dan Rasul | Allah | kepada |
| تُؤۡمِنُونَ | كُنتُمۡ | إِن |
| (kamu) beriman | kalian yaitu | jika |
| ٱلۡأٓخِرِۚ | وَٱلۡيَوۡمِ | بِٱللَّهِ |
| akhirat/akhir | dan hari | kepada Allah |
| وَأَحۡسَنُ | خَيۡرٞ | ذَٰلِكَ |
| dan sebaik-baik | lebih baik/utama | demikian itu |
| - | - | تَأۡوِيلًا |
| - | - | kesudahan/akibatnya |
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kau berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), bila kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik alhasil.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
- Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari beropini bahwa ulil amri ialah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain beropini bahwa teman-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
- Al-Mawardi beropini ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya ialah pemimpin perkara keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua teman saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
- Ahmad Mustafa al-Maraghi berpendapat bawa ulil amri itu adalah umara, andal pesan tersirat, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.
Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
اَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ...
Artinya:“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sebenarnya Rasulullah bersabda.. Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, bantu-membantu ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib aturannya untuk menolak.
B. Kompetisi dalam Kebaikan
Hidup yaitu kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan aksentuasi kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
(wa-anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alkitaabi wamuhayminan 'alayhi fauhkum baynahum bimaa anzala allaahu walaa tattabi' ahwaa-ahum 'ammaa jaa-aka mina alhaqqi likullin ja'alnaa minkum syir'atan waminhaajan walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin liyabluwakum fiimaa aataakum faistabiquu alkhayraati ilaa allaahi marji'ukum jamii'an fayunabbi-ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifuuna)
Hukum Tajwid
| Surat al-Maidah/5:48 | |
|---|---|
| Lafal | Hukum Tajwid |
| وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ | Ikhfa lantaran nun sukun bertemu aksara ز Mad jaiz munfasil lantaran mad bertemu hamzah di lain kalimat |
| الْكِتٰبَ | Al qamariyah karena ال bertemu abjad ك Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak |
| بِالْحَقِّ | Al qamariyah karena ال bertemu abjad ح |
| مُصَدِّقًا لِّمَا | Idgham bilaghunnah karena fathah tanwin bertemu karakter ل Mad thabi'i lantaran fathah diikuti alif |
| مٓنَ الْكِتٰبِ | Al qamariyah lantaran ال bertemu karakter ك Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak |
| وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ | Idzhar karena fathah tanwin bertemu huruf ع |
| فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ | Ikhfa syafawi lantaran mim sukun bertemu huruf ب |
| بَيْنَهُمْ بِمَآ | Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب |
| بِمَآ اَنْزَلَ | Mad jaiz munfashil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat Ikhfa karena nun sukun bertemu karakter ز |
| اَنْزَلَ اللّٰهُ | Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah |
| وَلَا | Mad thabi'i karena fathah diikuti alif |
| اَهْوَآءَ | Mad wajib mutthasil lantaran mad bertemu hamzah dalam satu kalimat |
| هُمْ عَمَّا | Idzhar syafawi lantaran mim sukun bertemu aksara ع Ghunnah karena ada mim yang bertasydid Mad thabi'i lantaran fathah diikuti alif |
| جَآءَ | Mad wajib mutthasil lantaran mad bertemu hamzah dalam satu kalimat |
| الْحَقِّ ۗ | Al qamariyah karena ال bertemu karakter ح Qalqalah kubra karena karakter qalqalah (ق) matinya mendatang disebabkan waqaf |
| لِكُلٍّ جَعَلْنَا | Ikhfa lantaran kasrah tanwin bertemu abjad ج Mad thabi'i lantaran fathah diikuti alif |
| مِنْكُمْ | Ikhfa lantaran nun sukun bertemu abjad ك |
| كُمْ شِرْعَةً | Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu aksara ش |
| شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗ | Idgham bighunnah lantaran fathah tanwin bertemu huruf و Idzhar lantaran nun sukun bertemu abjad ه Mad thabi'i karena fathah diikuti alif Mad iwadh karena harokat fathah tanwin (جًا) dibaca waqaf (جَا) |
| شَآءَ اللّٰهُ | Mad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat Lam tafkhim lantaran lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah |
| لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً | Idzhar syafawi lantaran mim sukun bertemu abjad ا Ghunnah lantaran ada mim yang bertasydid |
| اُمَّةً وَّاحِدَةً | Idgham bighunnah karena ada fathah tanwin bertemu huruf و |
| وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ | Idgham bighunnah lantaran fathah tanwin bertemu aksara و |
| وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ | Idgham bilaghunnah lantaran nun sukun bertemu abjad ل Qalqalah sughra lantaran karakter qalqalah (ب) matinya asli (tidak disebabkan lantaran waqaf) |
| كُمْ فِيْ | Idzhar syafawi karena mim sukun bertemu abjad ف Mad thabi'i lantaran kasrah diikuti ya sukun |
| مَآ اٰتٰىكُمْ | Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat Mad badal karena ada aa yang dibaca panjang Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak (تٰ) |
| كُمْ فَاسْتَبِقُوا | Idzhar syafawi lantaran mim sukun bertemu huruf ف |
| الْخَيْرٰتِ | Al qamariyah lantaran ال bertemu huruf خ Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak |
| اِلَى اللّٰهِ | Lam tafkhim karena lafadz jalalah didahului harakat fathah |
| مَرْجِعُكُمْ | Ra tafkhim karena ra sukun didahului harakat fathah |
| كُمْ جَمِيْعًا | Idzhar syafawi lantaran mim sukun bertemu aksara ج Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya sukun |
| جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ | Ikhfa karena fathah tanwin bertemu huruf ف |
| كُمْ بِمَا | Ikhfa syafawi karena mim sukun bertemu abjad ب Mad thabi'i lantaran fathah diikuti alif |
| كُنْتُمْ | Ikhfa lantaran nun sukun bertemu huruf ت |
| تُمْ فِيْهِ | Idzhar syafawi lantaran mim sukun bertemu abjad ف Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya sukun |
| تَخْتَلِفُوْنَ | Mad aridh lissukun karena mad bertemu karakter hidup dibaca waqaf. |
Arti Kata/Kalimat
| الْكِتَابَ | إِلَيْكَ | وَأَنزَلْنَا |
| Kitab | kepadamu | dan Kami telah menurunkan |
| لِّمَا | مُصَدِّقًا | بِالْحَقِّ |
| terhadap apa | yang membenarkan | dengan kebenaran |
| مِنَ | يَدَيْهِ | بَيْنَ |
| dari | dua tangan/sebelumnya | antara |
| عَلَيْهِۚ | وَمُهَيْمِنًا | الْكِتَابِ |
| atasnya | dan yang menjaga | Kitab |
| بِمَا | بَيْنَهُم | فَاحْكُم |
| dengan/menurut apa | diantara mereka | maka putuskanlah |
| وَلَا | اللَّهُۖ | أَنزَلَ |
| dan janganlah | Allah | menurunkan |
| عَمَّا | أَهْوَاءَهُمْ | تَتَّبِعْ |
| dari apa | hawa nafsu mereka | kamu mengikuti |
| الْحَقِّۚ | مِنَ | جَاءَكَ |
| kebenaran | dari | telah tiba kepadamu |
| مِنكُمْ | جَعَلْنَا | لِكُلٍّ |
| diantara kau | Kami telah menimbulkan | bagi tiap-tiap ummat |
| وَلَوْ | وَمِنْهَاجًاۚ | شِرْعَةً |
| dan sekiranya | dan jalan yang jelas | peraturan |
| لَجَعَلَكُمْ | اللَّهُ | شَاءَ |
| niscaya Dia mengakibatkan kau | Allah | menghendaki |
| وَلَٰكِن | وَاحِدَةً | أُمَّةً |
| akan tetapi | yang satu | ummat |
| مَا | فِي | لِّيَبْلُوَكُمْ |
| apa | dalam/terhadap | Dia hendak menguji kamu |
| الْخَيْرَاتِۚ | فَاسْتَبِقُوا | آتَاكُمْۖ |
| kebajikan | maka berlomba-lombalah | Dia berikan kepadamu |
| مَرْجِعُكُمْ | اللَّهِ | إِلَى |
| tempat kembalimu | Allah | kepada |
| بِمَا | فَيُنَبِّئُكُم | جَمِيعًا |
| dengan/tentang apa | lalu Dia memberitahukan padamu | semua |
| تَخْتَلِفُونَ | فِيهِ | كُنتُمْ |
| kamu perselisihkan | di dalamnya | kalian adalah |
Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kau, Kami berikan aturan dan jalan yang terperinci. Kalau Allah menghendaki, niscaya kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting ialah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ayat ini juga mendorong pengembangan aneka macam macam kemampuan yang dimiliki oleh insan, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan insan dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.
C. Etos Kerja
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna)
Hukum Tajwid
| Surat at-Taubah/9:105 | |
|---|---|
| Lafal | Hukum Tajwid |
| اعْمَلُوا | Mad orisinil atau mad thobi'i lantaran ada dhommah diikuti wawu sukun |
| عَمَلَكُمْ وَ | Idzhar syafawi karena ada mim mati bertemu wawu |
| وَرَسُولُهُ | Mad asli atau mad thobi'i lantaran ada dhommah diikuti wawu |
| وَالْمُؤْمِنُونَ | Idhar qamariah karena ada alif lam diikuti mim |
| وَسَتُرَدُّونَ | Mad orisinil atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun |
| عَالِمِ | Mad orisinil atau mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif |
| الْغَيْبِ | Idhar qamariah lantaran ada alif lam diikuti ghoin dan mad layyin karena ada ya' sukun didahului fathah |
| وَالشَّهَادَةِ | Idghom syamsyiah karena ada alif lam diikuti syin dan mad orisinil atau mad thobi'i lantaran ada fathah diikuti alif |
| فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا | Ikhfa syafawi karena ada mim mati bertemu ba' dan mad orisinil atau mad thobi'i karena ada fathah diiktui alif |
| كُنْتُمْ | Ikhfa haqiqi lantaran ada nun mati bertemu ta' |
| كُنْتُمْ تَعْ | Idzhar syafawi lantaran ada mim mati bertemu ta' |
| تَعْمَلُونَ | Mad aridh lisukun lantaran ada mad thobi'i sebelum waqof |
Arti Kata/Kalimat
| فسيرى | إاعملوا | وقل |
| maka Allah akan melihat | bekerjalah kau | dan katakanlah |
| ورسوله | عملكم | الله |
| dan begitu juga rasul-Nya | pekerjaanmu | Allah |
| إلى | وستردون | والمؤمنون |
| kepada (Allah) | dan kau akan dikembalika | dan orang-orang mukmin |
| والشهدة | الغيب | علم |
| dan yang aktual | yang mistik | Yang Maha Mengetahui |
| تَعْمَلُونَ | بِمَا كُنْتُمْ | فينبئكم |
| kerjakan | apa yang telah kamu | lalu diberitakan-Nya kepadamu |
Artinya:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang faktual, kemudian diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh insan akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt.
pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini ialah
penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.
D. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
- Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
- Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dihentikan oleh Allah dan rasul-Nya.
- Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
- Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
- Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.
- Meyakini bahwa hidup itu usaha dan di dalam usaha ada kompetisi.
- Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi supaya pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal.
- Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap riḍa Allah Swt.
- Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar kasus perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.
- Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).
Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan ialah seolah-olah berikut.
- Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan menerima sesuatu yang diinginkan (“man jada wa jada” - Siapa yang ulet, pasti dapat).
- Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari kini.”
- Pantang mengalah dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

0 Response to "Perilaku Taat, Kompetisi dalam Kebaikan, dan Etos Kerja"
Post a Comment