-->

Terjemah Umdatul Ahkam (19)

بسم الله الرحمن الرحيم
Semoga Allah Azza wa Jalla mengakibatkan penerjemahan kitab ini nrimo sebab Terjemah Umdatul Ahkam (19)
Terjemah Umdatul Ahkam (19)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam agar terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah. Semoga Allah Azza wa Jalla mengakibatkan penerjemahan kitab ini nrimo karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Bab Malam Lailatul Qadr 
211 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما: ((أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ. فَقَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم -: أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ. فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ)) .
211. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa beberapa orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam diperlihatkan malam Lailatul Qadr dalam mimpi yang terjadi pada tujuh malam terakhir, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku mengetahui mimpi kalian yang bertepatan pada tujuh malam terakhir. Barang siapa yang mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir.”
212 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ)) .
212. Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Carilah malam Lailatul Qadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir (bulan Ramadhan).”
213 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ - رضي الله عنه -: ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الأَوْسَطِ مِنْ رَمَضَانَ. فَاعْتَكَفَ عَاماً , حَتَّى إذَا كَانَتْ لَيْلَةُ إحْدَى وَعِشْرِينَ - وَهِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي يَخْرُجُ مِنْ صَبِيحَتِهَا مِنْ اعْتِكَافِهِ - قَالَ: مَنْ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفْ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ فَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ. ثُمَّ أُنْسِيتُهَا , وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ مِنْ صَبِيحَتِهَا. فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ. وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ. فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ تِلْكَ اللَّيْلَةِ. وَكَانَ الْمَسْجِدُ عَلَى عَرِيشٍ. فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ , فَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَعَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ الْمَاءِ وَالطِّينِ مِنْ صُبْحِ إحْدَى وَعِشْرِينَ)) .
213. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh pertengahan dari bulan Ramadhan. Pada suatu ketika Beliau beri’tikaf, sehingga ketika tiba malam kedua puluh satu –yaitu malam dimana Beliau keluar dari I’tikafnya-, Beliau bersabda, “Barang siapa yang mau beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh terakhir. Aku telah diperlihatkan malam Lailatul Qadr, kemudian saya melupakannya. Ketika itu saya melihat diriku (dalam mimpi) sujud di tanah yang berair pada pagi harinya. Oleh sebab itu, carilah malam Lailatul Qadr pada sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) dan carilah ada setiap malam yang ganjil,” maka di malam hari hujan pun turun, ketika itu masjid Beliau beratapkan pelepah kurma, dan masjid pun bocor. Aku pun memandang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedangkan di dahinya ada sisa air dan tanah di waktu pagi hari kedua puluh satu.”
Bab I’tikaf
214 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ , حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ بَعْدَهُ)). وَفِي لَفْظٍ ((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ. فَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ جَاءَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ فِيهِ)) .
214. Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga Allah Azza wa Jalla mewafatkannya, kemudian istri-istrinya beri’tikaf setelahnya.”
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada setiap bulan Ramadhan. Seusai shalat Subuh, maka Beliau mendatangi daerah I’tikafnya.”
215 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: ((أَنَّهَا كَانَتْ تُرَجِّلُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - وَهِيَ حَائِضٌ , وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فِي الْمَسْجِدِ. وَهِيَ فِي حُجْرَتِهَا: يُنَاوِلُهَا رَأْسَهُ)) .
وَفِي رِوَايَةٍ: ((وَكَانَ لا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إلاَّ لِحَاجَةِ الإِنْسَانِ)) .
وَفِي رِوَايَةٍ أَنَّ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ «إنْ كُنْتُ لأَدْخُلُ الْبَيْتَ لِلْحَاجَةِ وَالْمَرِيضُ فِيهِ. فَمَا أَسْأَلُ عَنْهُ إلاَّ وَأَنَا مَارَّةٌ»
215. Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa ia menyisirkan rambut Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika Beliau ber’itikaf di masjid, sedangkan Aisyah di kamarnya. Ketika itu Beliau menyodorkan kepalanya kepada Aisyah.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Beliau tidaklah pulang ke rumah kecuali sebab ada hajat ibarat halnya insan yang lain (buang air).”
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan, bahwa Aisyah radhiyallahu anha berkata, “Aku hanyalah masuk ke rumah sebab suatu hajat, dan bila di jalan (yang  kulewati) ada seorang yang sakit (di rumahnya), maka saya tidak bertanya tentangnya kecuali ketika hendak kembali.”
216 - عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: ((يَا رَسُولَ اللَّهِ , إنِّي كُنْتُ نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً)) - وَفِي رِوَايَةٍ: ((يَوْماً - فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ. قَالَ فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ)) وَلَمْ يَذْكُرْ بَعْضُ الرُّوَاةِ يَوْماً ولا لَيْلَةً.
 216. Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya pernah bernadzar di zaman Jahiliyyah ntuk beri’tikaf semalam.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Sehari di Masjidil Haram.” Beliau menjawab, “Penuhilah nadzarmu.” Sebagian rawi ada yang tidak menyebut sehari-semalam.
217 - عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ رضي الله عنها قَالَتْ: ((كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - مُعْتَكِفًا. فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً. فَحَدَّثْتُهُ , ثُمَّ قُمْتُ لأَنْقَلِبَ , فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي - وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ - فَمَرَّ رَجُلانِ مِنْ الأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَسْرَعَا. فَقَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم -: عَلَى رِسْلِكُمَا. إنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ. فَقَالا: سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: إنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ. وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرّاً- أَوْ قَالَ شَيْئاً)) .
وَفِي رِوَايَةٍ ((أَنَّهَا جَاءَتْ تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً. ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ. فَقَامَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - مَعَهَا يَقْلِبُهَا , حَتَّى إذَا بَلَغَتْ بَابَ الْمَسْجِدِ عِنْدَ بَابِ أُمِّ سَلَمَةَ)) . ثُمَّ ذَكَرَهُ بِمَعْنَاهُ.

 217. Dari Shafiyyah binti Huyay radhiyallahu anha ia berkata, “Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf, kemudian saya mendatanginya di malam hari dan berbicara dengan Beliau, kemudian saya bangkit untuk pulang, kemudian Beliau ikut bangkit untuk mengantarkanku pulang. Saat itu daerah tinggal Shafiyyah di perkampungan Usamah bin Zaid, kemudian dua orang Anshar lewat, dan ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka keduanya pergi dengan segera, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pelan-pelan, bekerjsama saya bersama Shafiyyah.” Maka keduanya berkata, “Subhaanallah, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya setan masuk melalui peredaraan darah anak cucu Adam, dan saya khawatir ia memasukkan keburukan ke dalam hati kalian berdua, atau memberikan sesuatu.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Shafiyyah mengunjungi Beliau pada ketika Beliau beri’tikaf di masjid pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, kemudian berbicara sesaat di sisi Beliau, kemudian bangkit untuk pulang, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengantarnya pulang, sehingga ketika hingga di pintu masjid di akrab pintu Ummu Salamah…dst.”
KITAB HAJJI
Bab Miqat-Miqat (Tempat atau Waktu Memulai Ihram)
218 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما: ((أَنَّ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - وَقَّتَ لأَهْلِ الْمَدِينَةِ: ذَا الْحُلَيْفَةِ. وَلأَهْلِ الشَّامِ: الْجُحْفَةَ. وَلأَهْلِ نَجْدٍ: قَرْنَ الْمَنَازِلِ. وَلأَهْلِ الْيَمَنِ: يَلَمْلَمَ. هُنَّ لَهُمْ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِ أَهْلِهِنَّ , مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ أَوْ الْعُمْرَةَ. وَمَنْ كَانَ دُونَ ذَلِكَ: فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ , حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ)) .
218. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memilih miqat penduduk Madinah di Dzulhulaifah, penduduk Syam di Juhfah, penduduk Nejed di Qarnul Manazil, penduduk Yaman di Yalamlam. Itu semua untuk mereka dan untuk orang-orang yang tiba melewatinya yang bukan termasuk penduduknya bagi yang ingin haji atau umrah. Jika di bawah itu, maka dari daerah kediamannya, sehingga penduduk Mekkah dari Mekkah.
Catatan:
Dzulhulaifah ialah miqat penduduk Madinah, kini disebut Abyar Ali, jauhnya dari Mekkah kurang lebih 430 km.
Juhfah ialah miqat penduduk Mesir, Syam, dan Maghrib. Karena Juhfah sudah roboh, maka orang-orang berumrah dari sebelumnya, yaitu Rabigh, yang jauhnya dari Mekkah kurang lebih 201 km.
Yalamlam ialah miqat penduduk Yaman, Jawa, India, dan Cina, jauhnya dari Mekkah kurang lebih 80 km.
Qarnul Manazil ialah miqat penduduk Thaif, Nejed, Nejed Yaman, dan Nejed Hijaz, kini disebut As Sailul Kabir, jauhnya dari Mekkah kurang lebih 80 km.
Dzatu Irq ialah miqat penduduk Irak, Iran, dan mereka yang tiba dari arah timur. Sekarang disebut Adh Dharibah, jauhnya dari Mekkah kurang lebih 80 km.
219 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((يُهِلُّ أَهْلُ الْمَدِينَةِ مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ , وَأَهْلُ الشَّامِ مِنْ الْجُحْفَةِ , وَأَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ)) . قَالَ: وَبَلَغَنِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((وَيُهِلُّ أَهْلُ الْيَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ)) .
219. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa salla bersabda, “Penduduk Madinah bertalbiyah (memulai ihram) dari Dzuhulaifah, penduduk Syam dari Juhfah, penduduk Nejed dari Qarn.” Ia juga berkata, “Sampai informasi kepadaku, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Penduduk Yaman bertalbiyah dari Yalamlam.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa

0 Response to "Terjemah Umdatul Ahkam (19)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel