-->

Kitab Fath al-Mu'in

Assalamu 'alaikum wa rahmatullah.

Ketika membelek-belek - mentela'ah terjemahan Kitab Fath al-Mu'in karya al-'Allamah Zaynuddin al-Malibari r.h - selepas solat subuh , terdetik dihati kami, " elok juga kami memasukkan beberapa catatan ringkas kitab ini di dalam blog yang sudah lama tidak dikunjungi ".

Pengenalan:

Kitab Fath Mu'in merupakan kitab fiqh  mazhab al-Syafi'i yang menjsaudara termudaan rujukan utama dalam permasalah fiqh di kalangan ulama al-Syafi'iyyah yang muta-akkhirin. Kitab ini merupakan karya al-'Allamah Zaynuddin al-Malibari , seorang murid Syaikh al-Islam Ibn. Hajar al-Haytami yang terkenal.

Berdasarkan muqaddimah pengarangnya, kitab ini merupakan syarah atau huraian kepada kitab Qurrah al-'Ayn Fi Muhimmat al-Din, iaitu kitab karya mudau sendiri.


Kandungan / Metode Penyusunan:

Kitab Fathul Mu’in ini tak jauh bezanya dengan kitab-kitab fiqh yang lain, iaitu membincangkan semua permasalahan Fiqhiyah, mulai dari 'Ibadah, Mu’amalah, Munakahah dan juga Jinayah dengan di pembagian terstruktur mengenaikan sesuai dengan bab-babnya.


Tapi dalam kitab Fathul Mu'in ini, terkadang tidak menyebutkan sebuah pembahasan yang sebenarnya sangat penting untuk di sebutkan, sehingga, sering sekali Syaikh Abu Bakar al Syatha dalam Hasyiyah I'anah al-Tholibin mengkritik perihal tidak adanya penyebutan tersebut, sebagaimana dalam permasaahan Ijtihad (I'anah I/45) Istihadhah (I'anah I/90), Istikhlaf (I'anah II/111) Ju'alah (I'anah III/146), atau penyebutan yang kurang tepat. Bahkan ada sebuah masalah yang telah di sebutkan dalam judul ternyata tidak masuk dalam pembahasan, iaitu masalah menjual buah-buahan "Bai'u al Tsimar".

Hal di atas karena permasalahan tersebut dianggap tidak penting oleh pengarang, karena jarang terjadi pada masa itu atau kurang diperhatikan di kalangan orang awam, hal itu tercermin dari jawapan mudau ketika ditanya "kenapa hanya sedikit membahas perihal Haid (tidak membahas Istihadhah)? Beliau menjawab: "orang laki-laki tidak haid, dan orang perempuan tidak bertanya". Dari jawapan mudau di atas, menunjukkan bahawa mudau mengarang kitab Fathul Mu'in memang berdasarkan keperluan masybirat zamannya, tidak sekadar suatu kajian.

Jika kitab-kitab fiqh biasanya memulai pembahasan dengan Kitab Thaharah, sebagai intrumen penting sebelum melkamikan Ibadah Sholat, tetapi kitab Fathul Mu’in ini mengawali pembahasan langsung ke Kitab Sholat, sebagai Ibadah yang paling penting dalam agama Islam, dengan mengawali pembahasan Sholat, secara automatik juga membahas Thaharah, monyetna Sholat tidak akan sah kecuali dengan Thaharah.

Dalam pembahasan Sholat, kitab ini lebih enak untuk di telaah, monyetna dalam membahas kaifiyah atau tata cara Sholat, kitab Fathul Mu’in ini lebih baik dibanding dengan kitab lain, monyetna dalam penyebutan, tidak di pembagian terstruktur mengenaikan sesuai dengan fardlu dan sunatnya, melainkan disebutkan sesuai dengan letak kaifiyah itu, metode mirip ini juga di terapkan dalam pembahasan Haji dan Umrah.

Terkadang dalam kitab ini juga terjadi pengulangan pembahasan, sebagaimana dalam masalah membaca monyets di dalam masjid, masalah ini sempat dibahas dua kali, yang pertama pada Fashl Fi Shifati Sholat dan pada Fasl Fi Sholati al-Jama'ah. Mungkin hal ini untuk lebih memperterangkan masalah yang ada, terbukti, dalam pembahasan yang kedua, mudau lebih memperincikan pembahasan dengan menampilkan perkhilafan antara Imam Nawwawi dan Ibnu Hajar.

Dalam kitab Fathul Mu'in ini juga, terdapat banyak sekali praktik perselisihan (mukhosamah), baik dalam bab Mu'amalah Maliyah atau dalam Bab Munakahah, yang sebenarnya kalau kita teliti, pembahasan antara yang satu dan lain tidaklah jauh berbeza. Hal ini didasari oleh banyaknya kejadian Mukhoshomah pada masa itu atau karena itu merupakan perkara yang demam isu di kalangan pelajar dan banyak di tanyakan pada ulama'. Walaupun begitu, pengarang tetap berusaha menampilkan hal-hal tersebut dengan ibarat yang sangat ringkas tetapi tetap mengena.

Dan termasuk keistimewaan kitab Fathul Mu'in ini merupakan menyebutkan beberapa perkhilafan di antara ulama' dan diambil dari kitab-kitahb mereka yang muktabar, dengan mentarjih pendapat mereka baik secara sorih/terang atau malah melatih kecerdasan pembaca dengan hanya memberikan isyarat atau ibarat yang samar. Dan kebanyakan, pendapat yang diikuti oleh pengarang merupakan pendapat guru mudau iaitu Syaikh Ibnu Hajar al-Haytami, dan guru inilah yang dikehendaki ketika pengarang menyebut Guruku (Syaikhuna).

Penggunaan istilah Syaikhuna untuk sang maha guru iaitu Ibnu Hajar al-Haytami, ini memunjukkan betapa mudau sangat menghormati gurunya ini dan menganggapnya sebagai orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan intelektual mudau.

Rujukan Kitab:

Menurut al-'Allamah Zaynuddin al-Malibiri, kitab Fath al-Mu'in ini disusun berdasarkan rujukan berikut: 

1. Karya-karya guru mudau - iaitu Khatimah al-Muhaqqiqin, Ahmad ibn Hajar l-Haytami.
2. Karya Wajihuddin Abdul Rahman bin Ziyad al-Zubaydi
3. Karya Syeikh al-Islam al-Mujaddid, Zakariyya al-Anshari
4. Karya Imam al-Amjad Ahmad al-Muzjid al-Zubaydi

Menurut Zaynuddin al-Malibiri, dalam pemilihan pendapat ulama mazhab yang berbeza, mudau biasanya mendahulukan pendapat Imam al-Nawawi dan Imam al-Rafi'i, kemudian baru pendapat ulama-ulama tahqiq muta-akhkhirin yang lain.

Kesimpulan:

Kitab Fathul Mu'in ini merupakan kitab yang sangat bbirah sekali, dengan format dan manhaj yang ditawarkan tentunya mempunyai sebuah rahsia yang tidak boleh dimengerti oleh orang lain. Sehingga banyak sekali ulama' yang mengaguminya, bahkan ada yang mengatakan bahwa kitab Fathul Mu'in ini merupakan Kitab al-Tuhfah al-Tsani atau Kitab Tuhfah yang kedua, selain karena pengarang merupakan murid dari pengarang kitab Tuhfah, juga karena kitab Fathul Mu'in ini juga banyak sekali mengadopsi masalah dari kitab al Tuhfah.

Tulisan ini tidaklah untuk mengkritik atau mencari kesalahan-kesalahan yang ada, walaupun secara gamblang pengarang memperbolehkan siapapun untuk mengoreksi kitab mudau asal dengan cara yang tepat, tapi bagaimana pun kita tetap harus berbaik sangka dengan pengarang, karena hanya dengan itu kita bisa mengambil manfaat:

وكل من لم يعتقد لن ينتفع

Dan ukiran pena ini hanya bentuk analisa dari penulis dengan digabungkan dengan literatur yang kami miliki, jadi bila terjadi kesalahan dalam analisa kami mohon untuk koreksi bersama.

Tambahan:  Kitab Terjemahan Fath al-Mu'in;

Dalam koleksi kami terdapat dua terjemahan kitab ini dalam Bahasa Melayu / Indonesia;

1. Terjemahan Fath al-Mu'in, terjemahan dalam bahasa Indonesia. Kitab ini diterjemahkan oleh Drs Ali As'ad. Terbitan asalnya oleh Toko Buku Menara Kudus Indonesia. Manakala kitab terjemahan dalam koleksi kami diterbitkan di Malaysia oleh Klang Book. Keistimewaan kitab terjemahan ini, ialah teks asalnya yang berbahasa Arab diletakkan bersama dengan terjemahannya dalam satu halaman. Teks Arab diletakkan di sebelah kiri dan terjemahannya di sebelah kanan. kami berpendapat bentuk terjemahan mirip perlu dicontohi oleh penerbit-penerbit lain, monyetna ia sangat sesuai dan memudahkan bagi pembaca, khususnya mereka yang sedang mempelajari kitab-kitab rujukan agama klasik. Mereka boleh membuat perbandingan antara terjemahan dan teks asalnya. Mungkin terjemahan yang dilkamikan kurang menepati maksud teks asal atau kurang difahami oleh pembaca dan perlu merujuk kembali teks asalnya.

2. Fath al-Mu'in , terjemahan dan huraian oleh Abu al-Shalah Muhammad Uthman al-Muhammadi. Kitab ini diterbitkan oleh Majlis Agama Islam Kelantan pertama kalinya pada tahun  dengan ukiran pena Jawi. Hanya jilid 1 sahaja diterbitkan yang membincangkan bab solat sahaja. Menurut penyusun / penterjemahnya ia akan akan disusuli dengan jilid 2 - yang membincangkan bab zakat. Setakat pengetahuan kami,  jilid 2 yang dijankalaun itu belum ada diterbitkan. Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada penyusun / penterjemahnya untuk meneruskan usaha murni ini.

Di pasaran sekarang, kami dapati satu lagi terjemah kitab ini . Ia diterbitkan oleh Penerbitan Perniagaan Jahabersa dalam satu jilid yang agak tebal. kami hanya melihat sepintas lalu di kedai buku, jadi belumdapat membuat ulasan mengenainya.

Insya Allah, kami akan memaparkan satu catatan khusus mengenai buku terjemahan kitab Fath al-Mu'in pernah diterbitkan dalam bahasa Melayu/Indonesia.

Nota: Ketika kami menulis catatan pengenalan kitab ini, kami cuba search perkataan Kitab Fath Mu'in, kami jumpai link blog :  https://tauhidislam.serhamo.net/search?q=fathul-muin-kitab-karya-ulama-shufi . Sebahagian besar catatan (bahagian metod dan kesimpulan) di atas berasal dari rujukan ini.

0 Response to "Kitab Fath al-Mu'in"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel