-->

SAYYIDINA HUSIN RA

Belum genap satu tahun dari kelahiran putranya yang pertama, tepatnya pada tanggal lima Sya’ban tahun ke empat Hijriyah, Siti Fathimah ra. melahirkan putranya yang kedua. Berita bangga ini cepat sampai kekediaman Rosululloh SAW, yang letaknya tidak jauh dari kediaman Sayyidina Ali kw. Sehingga tidak usang lalu Rosululloh SAW sudah berada ditempat dimana cucunya yang kedua ini dilahirkan.         Sama seakan-akan kakaknya, begitu Sayyidina Husin ra lahir, segera diazani ditelinga kanannya dan di iqomati ditelinga kirinya.
         Dikarenakan kesenangannya beperang dan keberanian Imam Ali kw, maka putranya ini pada mulanya dia beri nama Harb, tapi begitu Rosululloh SAW tiba dan menanyakan nama cucunya, dan diberi tahu, bahwa cucunya sudah diberi nama Harb, maka Rosululloh SAW bersabda; jangan, berilah nama Husin.



         Diriwayatkan dari Sayyidina Ali kw.; ketika Hasan lahir dia saya beri nama Harb. Tapi setelah Rosululloh Saw tiba, dia berkata, tunjukan padaku anakku, lalu dia bertanya, kalian beri nama siapa?. Maka aku jawab Harb, kemudian Rosululloh Saw berrkata, jangan, berilah nama Hasan.Demikian pula disaat Husin lahir, dia pada awalnya saya beri nama Harb. Tapi begitu Rosululloh Saw tiba, ia berkata; bawa kemari anakku, lalu ia bertanya, kalian beri nama siapa?. Maka aku jawab Harb, lalu dia bersabda, jangan, berilah nama Husin.
         Diriwayatkan  dari  Siti Aisyah ra, bahwa pada hari ketujuh dari kelahiran Al Husin, diadakan selamatan Aqiqoh dengan menyembelih kambing kibas dan dagingnya dibagi-bagikan.
        Pada hari itu juga kepala Al Husin dicukur, lalu rambutnya ditimbang dengan perak dan disodagohkan. Selanjutnya begitu Al Husin tamat dicukur, Rosululloh Saw segera menggosok gosokkan tangannya dikepala cucunya sambil membaca doa.
         bekerjsama Hadist mengenai keutamaan dan keistimewaan Al Husin ra banyak sekali, diantaranya Rosululloh SAW pernah bersabda:
حُسَينْ مِنِّى وَاَنَا مِنْ حُسَينْ
( رواه الترمذى )
Husin dari aku dan aku dari Husin.
( HR Thurmudhi )
          Kecintaan Rosululloh SAW kepada cucu-cucunya memang luar biasa, sering Rosululloh SAW duduk-duduk dengan mereka bahkan bermain dengan mereka. dia sangat senang apabila melihat cucunya tertawa, tetapi sebaliknya ia tidak senang apabila melihat atau mendengar cucunya menangis.
        Diriwayatkan dari sahabat Zeid bin Abi Ziyad, pernah suatu hari, ketika Rosululloh SAW berjalan didepan rumah Imam Ali kw, beliau mendengar bunyi Al Husin sedang menangis. Segera Rosululloh SAW berkata kepada Putrinya:

اَلَمْ  تَعْلَمِى اَنَّ  بُكَاءَهُ  يُؤْذِيْنِى؟
       Apakah engkau tidak tahu bahwa tangisnya menggangguku?

         Kebersamaan Rosululloh SAW dengan cucu-cucunya tidak berjalan usang, karena pada dikala umur Al Husin mencapai enam tahun lebih tujuh bulan tujuh hari, baginda Rosululloh SAW wafat.        
        Sepeninggal Rosululloh SAW, Sayyidina Husin ra. berada dibawah asuhan ayahnya. Seorang ayah dan sekaligus sebagai guru yang mendidiknya. Sehingga ia berkembang menjadi seorang  pemuda yang menguasai ilmu agama.
         Sebagai putra seorang pahlawan yang gagah berani, Sayyidina Husin ra telah mewarisi sifat-sifat ayahnya. Sehingga tidak heran apabila beliau  tidak takut dan tidak  gentar  menghadapi  musuh yang begitu banyak, saat bertempur di Karbala.       
        semenjak kecil Sayyidina Husin ra hidup bersama ayahnya di Madinah, tapi dikala ayahnya pindah ke Kufah, beliau juga ikut pindah. Begitu pula di ketika Imam Ali kw dalam peperangan, Sayyidina Husin juga tidak ketinggalan, ia ikut bersama ayahnya dalam perang Jamal, kemudian dalam perang Siffin dan juga ketika berperang melawan orang-orang Khowarij.
        Menginjak umur Sayyidina Husin ra, tiga puluh tujuh tahun, ayahnya ialah Kholifah Ali bin Abi Tholib kw. meninggal dunia, setelah dipukul dengan pedang oleh Abdurrahman bin Muljam. Seorang dari kelompok Khowarij yang sebelumnya dikenal sebagai Syi’ahnya Imam Ali kw.
         Sepeninggal Ayahnya, Sayyidina Husin ra tetap tinggal di Kufah bersama saudaranya yaitu Kholifah Hasan ra. Namun sehabis kekholifahan pindah dari Kholifah Hasan ke Kholifah Muawiyah, maka Sayyidina Husin ra kembali ke Madinah bersama Sayyidina Hasan ra dan keluarga mereka.
          Berbeda dengan saat berada di Kufah, maka di Madinah Sayyidina Husin ra hidup dalam ketenangan, waktunya banyak dihabiskan dalam menuntut ilmu dan berda’wah.
          ia dikenal berbudi luhur, sangat sopan, alim, ramah, dermawan dan gagah berani. kalau berbicara kata-katanya fasih dan bila membaca Al qur’an bunyinya merdu.
          Di zaman kekholifahan Muawiyah ra, Sayyidina Husin ra dan Sayyidina Hasan ra. sering datang atau diundang oleh Kholifah Muawiyah di Syam. Dan apabila mereka datang, Kholifah Muawiyah sangat menghormati mereka, seraya berkata Marhaban Ahlan. Hal mana karena Kholifah Muawiyah mengetahui benar kedudukan tamu-tamunya. Bagaimanapun rasa penyesalan masih terlihat diwajahnya.
         Selanjutnya kepada tamu-tamunya tersebut Kholifah Muawiyah selalu menyampaikan uang dengan jumlah yang sangat banyak. Pernah pada satu saat Kholifah Muawiyah ra memberi Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husin ra. sebanyak dua ratus ribu dirham. Begitu pula sesudah  Sayyidina Hasan ra  wafat, Kholifah Muawiyah ra  masih tetap mengirim uang untuk Sayyidina Husin ra. karena memang hak mereka dari Baitul Maal
         Demikian kekerabatan  Ahlul Bait dengan Kholifah Muawiyah

0 Response to "SAYYIDINA HUSIN RA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel