TerasDN - Imam
Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-haddad, lahir hari Rabu, Malam
Kamis tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim,
wilayah Hadhromaut, Negeri Yaman.
Beliau yaitu seorang Imam
Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-haddad bin Muhammad bin Ahmad
bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin debu Bakar Al–Thowil bin
Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin
Alwy Ammul Faqih bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin
Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin
Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali
Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin
Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah
Muhammad SAW.
Ayah dia adalah Sayyid Alwy bin Muhammad
Al-Haddad, dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota
Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah asuhan ibunya Syarifah
Salwa, yang dikenal sebagai perempuan jago ma’rifah. Bahkan Al-Habib
Abdullah bin Alwy Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya.
Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar
Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna.
Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif
Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum
berkeluarga, kemudian ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu
Syaikh Ahmad berkata kepadanya, ”Anakmu yaitu anakku, di antara mereka
ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy,
Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus ialah
saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana
Al-Habib Husein ini yaitu kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin
Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud
Durror). Maka lahirlah dari ijab kabul itu Al-Habib Abdullah bin Alwy
Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-haddad lahir ayahnya berujar, “Aku
sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang diucapkan Syaikh Ahmad
Al-Habsy terdahulu, sehabis lahirnya Abdullah, saya baru mengerti, aku
melihat pada dirinya gejala kewalian”.
Dari semenjak kecil
begitu banyak perhatian yang ia dapatkan dari Allah. Allah menjaga
pandangan beliau dari segala apa yang diharomkan. Penglihatan lahiriah
Beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan batin yang jauh
yang lebih kuat dan berharga. Yang mana hal itu merupakan salah satu
pendorong beliau lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah
menuntut ilmu agama.
Pada umur 4 tahun ia terkena penyakit
cacar sehingga menyebabkannya buta. Cacat yang ia derita telah
membawa hikmah, ia tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya,
beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, mujahaddah al-nafs
(beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh
sangat mengherankan seakan-akan anak kecil ini tahu bahwa ia tidak
dilahirkan untuk yang lain, tetapi untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang dia miliki pada saat usia
yang sangat dini, beliau dinobatkan oleh Allah dan guru-guru beliau
sebagai da’i, yang menyebabkan nama dia harum di seluruh penjuru
wilayah Hadhromaut dan mengundang tibanya para murid yang berminat
besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadhromaut
tetapi juga datang dari luar Hadhromaut. Mereka datang dengan tujuan
menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan, memohon doa dari Al-Habib
Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior Al-Habib Abdullah
Al-Haddad ialah putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy
Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin Muhammad
Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib Abdurrohman bin
Abdullah Bilfaqih, dll.
Selain mengkader pakar-pakar ilmu
agama, mencetak generasi unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan
perjuangan kakek ia, Rosullullah SAW, dia juga aktif merangkum
dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab,
koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak
buku-buku dia yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan,
dibaca dan dialihbahasakan, sehingga ilmu beliau benar-benar ilmu yang
bermanfaat. Tidak lupa dia juga menyusun wirid-wirid yang
dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk
agama, dunia dan alam baka, salah satunya yang agung dan populer adalah
Rotib ini. Rotib ini disusun oleh ia dimalam Lailatul Qodar tahun
1071 H.
Al-Imam Al-Haddad (rahimahullah) memiliki perwatakan
badan yang tinggi, berdada bidang, tidak terlalu gempal, berkulit putih,
sangat berhaibah dan tidak pula di wajahnya kesan maupun parut cacar.
Wajahnya sentiasa cantik dan menggembirakan orang lain di dalam
majlisnya. Ketawanya sekadar senyuman elok; apabila dia besar hati dan
girang, wajahnya bercahaya bagaikan bulan. Majlis yang dibina ia
sentiasa damai dan penuh kehormatan sehingga tidak ada hadirin
berbicara tanpa manfaat.
Mereka yang menghadiri majlis Al-Habib
bagaikan lupa kehidupan dunia bahkan terkadang yang lapar lupa akan
laparnya; yg sakit hilang sakitnya, alasannya khusyu' dan semangat para
hadirin dalam menuntut Ilmu agama dari beliau, juga rahmat dan keridhoan
Allah Ta'ala yang selalu turun menyertai pada diri dan majlis beliau
sehinga para Hadirin selalu diputi kebahagiaan dan kecintaan dalam hati
mereka yang mengisi jiwa hadirin selalu semangat dalam menuntut Ilmu dan
berpacu untuk selalu beribadah serta berlomba melaksanakan amal-amal
sholeh.
Al-Habib sentiasa berbicara dengan orang lain menurut
kadar kebijaksanaan mereka dan sentiasa memberi hak yang sesuai dengan taraf
kedudukan masing-masing. Sehinggakan apabila dikunjungi pembesar, ia
memberi haknya sebagai pembesar; kiranya didatangi orang lemah,
dilayani dengan penuh mulia dan dijaga hatinya. terlebih lagi kepada
Si-miskin.
beliau amat mengasihi para penuntut ilmu dan mereka
yang gemar kepada alam akhirat. Al-Habib tidak pernah jemu terhadap
ahli-ahli majlisnya bahkan sentiasa diutamakan mereka dengan kasih
sayang serta penuh rahmah; tanpa melalaikan dia dari mengingat Allah.
dia pernah menegaskan “Tiada seorang pun yang berada dimajlisku
menggangguku dari mengingat Allah”.
Majlis ia sentiasa
dipenuhi dengan pembacaan kitab-kitab yang bermanfaat, perbincangan
dalam soal keagamaan sehingga para hadhirin sama ada yang alim ataupun
jahil tidak akan berbicara perkara yang mengakibatkan dosa seolah-olah
mengumpat ataupun mencaci. Bahkan tidak terdapat juga perbicaraan kosong
yang tidak menghasilkan faedah. Apa yang ditutur hanyalah zikir,
diskusi keagamaan, nasihat untuk muslimin, serta ajakan kepada mereka
dan selainnya supaya bederma soleh. Inilah yang ditegaskan oleh ia
“Tiada seorang pun yang patut menyoal hal keduniaan atau menyebut
tentangnya lantaran yang demikian adalah tidak wajar; seyogyanya umur
diutamakan untuk akhirat. Silahkan berbincang hal keduniaan dengan
selain saya.”
Al-Habib (rahimahullah) yaitu teladan bagi manusia
dalam soal perbicaraan mahupun amalan; mencerminkan akhlak junjungan
mulia dan watak Al-Muhammadiah yang mengalir dalam hidup ia. dia
mempunyai semangat yang tinggi dan azam yang besar lengan berkuasa dalam hal keagamaan.
Al-Habib juga sentiasa menangani sebarang urusan dengan penuh keadilan
dengan menghindari kebanggaan atau keutamaan dari oramg lain; bahkan beliau
sentiasa mempercepatkan segala tugasnya tanpa membuang waktu. beliau
bersifat mulia dan pemurah lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan. Sifat
mulia dia inilah menyebabkan ramai orang dari pelosok tempat sering
berbuka puasa bersama dia di rumahnya dengan menu yang tidak
pernah putus.
Al-Habib menyatakan “Sesuap makanan yang
dihadiahkan atau disedekahkan sanggup menolak kesengsaraan”. Katanya lagi
“Kiranya ditangan kita ada kemampuan, pasti segala keperluan fakir
miskin dipenuhi, sesungguhnya permulaan agama ini tidak akan terdiri
melainkan dengan orang-2 muslim yg lemah”.
beliau adalah
seorang yang mempunyai hati yang amat suci, sentiasa sabar terhadap perilaku
jelek dari yang selainnya serta tidak pernah merasa marah. Kalaupun ia
memarahi, bukan lantaran peribadi seseorang tetapi karena amalan mungkarnya
yang telah menciptakan Al-Habib benar-benar murka. Inilah yang ditegaskan
oleh Al-Habib “Adapun segala kesalahan berkait dengan hak aku, aku telah
maafkan; tetapi hak Allah sesungguhnya tidak akan dimaafkan”.
Al-Habib melarang mendoa’ kan keburukan untuk orang yang menzalimi
mereka. Sehingga bersama dia terdapat seorang pembantu yang
terkadangkala melaksanakan kesalahan yang mampu menyebabkan kemarahan
Al-Imam. Namun ia menahan murkanya; bahkan kepada si-Pembantu itu
diberi hadiah oleh Al-Habib untuk meredakan rasa murka dia
sehinggakan pembantunya berkata: “alangkah baiknya bila Al-Habib
sentiasa memarahiku”.
Segala pengurusan hidupnya berlandaskan
sunnah; kehidupannya penuh dengan keilmuan ditambah pula dengan sifat
wara’. Apabila dia memberi upah dan sewa sentiasa dengan jumlah yang
lebih dari asal tanpa diminta. Kesenangannya adalah membina dan
mengimarahkan masjid. Di Nuwaidarah dibinanya masjid bernama Al-Awwabin
begitu juga, Masjid Ba-Alawi di Seiyoun, Masjid Al-Abrar di As-Sabir,
Masjid Al-Fatah di Al-Hawi, Masjid Al-Abdal di Shibam, Masjid Al-Asrar
di Madudah dan banyak lagi.
Diantara sifat Al-Habib termasuk
tawaadu’ (merendah diri). Ini terselah pada kata-katanya, syair-syairnya
dan tulisannya. Al-Imam pernah mengutusi Al-Habib Ali bin Abdullah
Al-Aidarus. “Doailah untuk saudaramu ini yang lemah agar diampuni
Allah”
beliau wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7
Dhul-Qo’dah 1132 H, dalam usia 98 tahun. ia disemayamkan di
pemakaman Zambal, di Kota Tarim, Hadhromaut, Yaman. supaya Allah
melimpahkan rohmat-Nya kepada dia juga kita yang ditinggalkannya.
Habib Abdullah Al Haddad dimata Para Ulama
Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrohman Al-Athos
ra. menyampaikan, “Al-Habib Abdullah Al-Haddad menyerupai pakaian yang
dilipat dan gres dibuka di zaman ini, alasannya ia termasuk orang
terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan beliau demi kebahagiaan umat di
zaman ini (abad 12 H)”.
Al-Imam pandaibillah Al-Habib Ali bin
Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad
adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.
Al-Imam akilbillah
Muhammad bin Abdurrohman Madehej ra. menyampaikan, “Mutiara ucapan
Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai
hati cemerlang.”
Al-Habib Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra.
mengatakan, “Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari mulai
menyising, mencari beberapa masjid yang ada di kota Tarim untuk sholat
sunnah 100 hingga 200 raka’at kemudian berdoa dan sering membaca Yasin
sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah menerima anugrah
(fath) dari Allah sejak masa kecilnya”.
Sayyid Syaikh Al-Imam
Khoir Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad
sebagai fadhillun min jago Tarim (orang utama dari Kota Tarim).
Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata, “Masa kecil Al-Habib
Abdullah Al-Haddad ialah masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil
beliau sudah mampu mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit
seperti mengaji dan mengkaji ajaran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu
Aroby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghodzali. ia tumbuh dari
fitroh yang asli dan tepat dalam kemanusiaannya, wataknya dan
kepribadiannya”.
Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra.
mengatakan, “Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad
syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.”
Al-Habib abu Bakar bin Said
Al-Jufri ra. berkata ihwal majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai
majelis ilmu dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan
yang lain ia menyampaikan, “Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40
Waliyullah, tetapi saya tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib
Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya.”
Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah
Al-Haddad yang mendapat mandat besar dari dia, menyatakan
kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan, ”Aku menyaksikan
sendiri bagaimana dia (Imam Haddad) setiap hari telah sanggup menghidupkan
orang-orang yang terbelakang dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. ia
adalah lautan ilmu pengetahuan yang hingga pada tingkatan Mujtahid dalam
ilmu-ilmu Islam, akidah dan Ihsan. ia yaitu mujaddid pada ilmu-ilmu
tersebut bagi penghuni zaman ini.”
Al-Habib Ahmad bin Umar bin
Semith ra. menyampaikan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya
Al-Habib Abdullah Al-Haddad dalam mendapat pemahaman.”
Al-Habib
Umar bin Zain bin Semith ra. mengatakan bahwa seseorang yang hidup
sezaman dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah,
sehari sesudah Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan
kepada sejumlah orang bahwa semalam dia ra. sudah wafat. Ketika
ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan
malam, saya melihat dia selalu tiba berthowaf mengitari Ka’bah
(padahal ia berada di Tarim, Hadhromaut). Hari ini saya tidak
melihatnya lagi, karena itulah saya mengetahui bahwa ia sudah
wafat.”
Karya-karyanya
dia meninggalkan kepada umat
Islam khazanah ilmu yang banyak, yang tidak ternilai, melalui
kitab-kitab dan syair-syair karangan beliau. Antaranya ialah:
1. An-Nashaa’ih Ad-Dinniyah Wal-Washaya Al-Imaniyah.
2. Ad-Dakwah At Tammah.
3. Risalah Al-Mudzakarah Ma’al-Ikhwan Wal-Muhibbin.
4. Al Fushuul Al-Ilmiyah.
5. Al-Hikam.
6. Risalah tabiat Sulukil-Murid.
7. Sabilul Iddikar.
8. Risalah Al-Mu’awanah.
9. Ittihafus-Sa’il Bi-Ajwibatil-Masa’il.
10. Ad-Durrul Manzhum Al-Jami’i Lil-Hikam Wal-Ulum.
0 Response to "Biografi Ringkas Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad (Shohibur Ratib)"
Post a Comment