-->

Salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah

Orang-orang yang menyempal keluar (kharaja) dari dominan kaum muslim (as-sawadul a’zham) karena mereka merasa sebagai yang dimaksud dengan Al Ghuroba atau orang-orang yang gila sebagaimana hadits berikut
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad dan Ibnu debu Umar semuanya dari Marwan al-Fazari, Ibnu Abbad berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan dari Yazid -yaitu Ibnu Kaisan- dari abu Hazim dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam muncul dalam keadaan gila, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.” (HR Muslim 208)

Ghuroba atau “orang-orang yang terasing” dalam hadits tersebut bukanlah mereka yang mengasingkan diri dari para ulama yang sholeh atau mereka yang menyempal dari dominan kaum muslim (as-sawadul a’zham), Hal yang dimaksud dengan ghuroba ialah semakin sedikit kaum muslim yang sholeh diantara mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam besabda “Orang yang abnormal, orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak atau orang-orang shalih di antara banyaknya orang yang jelek, orang yang menyelisihinya lebih banyak dari yang mentaatinya”. (HR. Ahmad)

Dari debu Hurairah, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan aneh dan akan kembali dengan abnormal lagi seolah-olah pada mulanya tiba. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang abnormal”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang gila itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]
Pada kiamat salah satu tandanya yaitu semakin sulit ditemukan muslim yang sholeh

Dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), dia berkata:” (Pada suatu hari) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaha illallah, celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka serpihan dinding Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”, dan Baginda menemukan ujung ibu jari dengan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seolah-olah bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) kemudian bertanya, Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa, sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang yang shaleh?” kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Ya, jikalaulau kejahatan sudah terlalu banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu ciri khas atau alasan utama dari orang-orang yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) ialah karena beranggapan mayoritas kaum muslim telah rusak atau mereka beranggapan lebih suci, lebih benar daripada dominan kaum muslim (as-sawadul a’zham)

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab; Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Suhail bin debu Shalih dari Bapaknya dari abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; saya membaca Hadits Malik dari Suhail bin debu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila ada seseorang yang berkata; ‘Celakalah (rusaklah) manusia’, maka bergotong-royong ia sendiri yang lebih celaka (rusak) dari mereka. (HR Muslim 4755)

Orang-orang yang menyempal keluar (kharaja) dari dominan kaum muslim (as-sawadul a’zham) lantaran menuhankan pendapat (kaum) mereka sendiri (istibdad bir ro’yi) sehingga merasa (kaum) mereka pasti masuk surga
Sayyidina Umar ra menasehatkan “Yang paling saya khawatirkan dari kalian ialah bangga terhadap pendapatnya sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai orang cerdas bantu-membantu ialah orang yang sangat udik. Orang yang menyampaikan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda bahwa orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari Bani Tamim adalah orang-orang yang salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah sehingga menuduh muslim lainnya telah musyrik atau telah kafir atau berhukum dengan aturan thagut.

Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kau yaitu seseorang yang telah membaca al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’an dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’an, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. saya (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allah, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. ia menjawab, “Penuduhnya”. Kaprikornus menuduh muslim lainnya musyrik akan sama aturannya dengan menyampaikan kepada muslim lainnya “wahai kafir” yaitu kembali kepada penuduhnya karena menuduhnya disebabkan “membaca Al Qur’an tidak melampaui tenggorokan” alias salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa pun orang yang berkata kepada saudaranya, ‘Wahai kafir’ maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan kekufuran tersebut, apabila sebagaimana yang dia ucapkan. Namun apabila tidak maka ucapan tersebut akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.” (HR Muslim).
Salah satu contoh perbuatan keji dan mungkar yang dikarenakan salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah maupun perkataan ulama salaf (terdahulu) adalah menuduh muslim lainnya telah kafir dan menganggap halal darahnya sehingga membunuhnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya saya masih mendapati mereka, akan kumusnahkan mereka seakan-akan musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)

Sabda Rasululullah di atas yang artinya “mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala” maksudnya mereka memahami Al Qur’an dan As Sunnah dan berkesimpulan atau menuduh kaum muslim lainnya telah musyrik (menyembah selain Allah) seolah-olah menuduh menyembah kuburan atau menuduh berhukum dengan selain aturan Allah, sehingga membunuhnya namun dengan pemahaman mereka tersebut mereka membiarkan para penyembah berhala yang sudah jelas kemusyrikannya.

Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang Sahabat Muhammad yang mampu menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari saya berjumpa dengan bubuk Barzah yang berada bersama satu rombongan para Sahabat. aku berkatakepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah wacana Khawarij!”. dia berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. “Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah kemudian ia membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya (di dahinya). Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan cita-cita supaya Nabi menyampaikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya. Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”. Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian ia ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia ialah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun al Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. ” (HR Ahmad no 19798)

Ahmad ash Showi menyampaikan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat (QS Al Fath [48]:29) ialah sebagaimana perbuatan orang-orang terbelakang dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu ialah ciri khas khawarij” (Hasyiahash Shawi 4/134, Dar al Fikr)

Firman Allah ta’ala yang artinya “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia yaitu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kau lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud” (QS Al Fath [48]:29)
Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Inilah tujuan dari shalat. Jadi jika mengacu pada tujuan shalat maka bekas sujud yang dimaksud yaitu perilaku yang bebas dari perbuatan keji dan mungkar.Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)

Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” yaitu sikap yang baik. Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang besar lengan berkuasa dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan ialah kekhusyuan. Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, ia berkata, “Ciri mereka yaitu shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).

Dari Salim abu Nadhr, ada seorang yang tiba menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah usang bershahabat dengan Rasulullah, debu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Dari Ibnu Umar, ia melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di bersahabat as Saib bin Yazid ketika seorang yang berjulukan az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah saya telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

Dari Manshur, saya bertanya kepada Mujahid wacana maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan ialah bekas di wajah? tanggapan beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).

Orang-orang seakan-akan Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim dalam sabda Rasulullah disebut sebagai “orang-orang muda” yang suka berdalil dengan Al Qur’an dan As Sunnah namun mereka salah paham.

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A’masy dari Khaitsamah dari Suwaid bin Ghafalah berkata, ‘Ali radliallahu ‘anhu berkata “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda: Akan tiba di akhir zaman suatu kaum yang masih muda belia namun lemah pemahaman (sering salah paham). Mereka berbicara dengan ucapan insan terbaik (mengambilnya dari Al Qur’an dan As Sunnah) namun mereka keluar dari agama bagaikan anak panah melesat keluar dari sasaran buruan yang sudah dikenainya. akidah mereka tidak sampai ke tenggorokan mereka. (HR Bukhari 3342)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan datang pada kiamat, orang-orang muda dan berpikiran sempit. Mereka senantiasa berkata baik. Mereka keluar dari agama Islam, sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. Mereka mengajak manusia untuk kembali kepada Al-Quran, padahal mereka sama sekali tidak mengamalkannya. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melebihi kerongkongan mereka. Mereka berasal dari bangsa kita (Arab). Mereka berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab). Kalian akan merasa shalat kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka.”

Saya (Khudzaifah Ibnul Yaman) bertanya ‘Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan lagi? ‘Tentu’ Jawab dia, dan ketika itu ada kotoran, kekurangan dan perselisihan. Saya bertanya ‘Apa yang anda maksud kotoran, kekurangan dan perselisihan itu? Nabi menjawab ‘Yaitu sebuah kaum yang menanamkan pemikiran bukan dengan ajaranku, engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya. Saya bertanya ‘Adakah steelah kebaikan itu ada keburukan? Nabi menjawab ‘O iya,,,,, ketika itu ada penyeru-penyeru menuju pintu jahannam, siapa yang memenuhi usul mereka, mereka akan menghempaskan orang itu ke pintu-pintu itu. saya bertanya ‘Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kami wacana ciri-ciri mereka! Nabi menjawab; Mereka ialah seakan-akan kulit kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita. Saya bertanya ‘Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seakan-akan itu? Nabi menjawab; Hendaklah kamu selalu bersama jamaah muslimin dan imam mereka! aku bertanya; kalau tidak ada jamaah muslimin dan imam bagaimana? Nabi menjawab; hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kau harus tetap seakan-akan itu. (HR Bukhari 3338 dan 6557)
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XIII/36: “Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka ialah bangsa Arab”.

Dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di atas telah dijelaskan ciri-ciri orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari Bani Tamim yaitu orang-orang bangsa Arab yang sebatas berkemampuan berbahasa Arab dan kurang memperhatikan ilmu untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah sehingga mereka menjadi penyeru-penyeru menuju pintu jahannam seperti menyerukan untuk berseteru dengan orang yang telah bersyahadat namun berbeda pemahaman dengan mereka.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tidakkah kau perhatikan orang-orang yang menyebabkan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau ambil menjadi sahabat kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah positif kebencian dari ekspresi mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jikalau kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)

“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran murka bercampur benci terhadap kau. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda bahwa orang-orang yang membunuh orang-orang Islam karena dituduh musyrik atau dituduh kafir atau dituduh berhukum dengan selain hukum Allah ditetapkan sebagai orang yang telah murtad atau telah keluar dari agama Islam seakan-akan panah yang meluncur dari busurnya.

Allah ta’ala telah berfirman bahwa jika bermunculan orang-orang yang murtad atau keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya karena membunuh umat la ilaha illallah yang dituduh musyrik atau dituduh berhukum dengan selain aturan Allah maka Allah Azza wa Jalla akan tetap menjaga adanya kaum yang Allah mengasihi mereka dan merekapun mengasihi Allah seolah-olah ahlul hadramaut (Yaman).

0 Response to "Salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel