-->

Khutbah Idul Fithri 1 Syawwal 1431H / 10 September 2010M.

Oleh: H. Abdul Somad, Lc.,MA.

somadku@yahoo.com

Khutbah Pertama:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
قاَلَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَاللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jama'ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah …
Dengan terbitnya hilal Syawwal, maka berpisahlah kita dengan Ramadhan. Berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam, bila kita beribadah pada malam itu, maka kita mendapatkan keutamaan ibadah yang lebih baik daripada ibadah seribu bulan. Kita telah berpisah dengan bulan yang di dalamnya terdapat limpahan rahmat dan ampunan Allah yang berlipat ganda. Kita telah ditinggalkan oleh bulan yang puasa di dalamnya menutupi salah dan dosa. Kita telah ditinggalkan oleh bulan turunnya Al-Qur’an aliran umat manusia.
Tidak ada yang sanggup menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh dengan berkah itu. Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang renta kita, saudara, kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah tolong-menolong dengan kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi kini, mereka tidak lagi tolong-menolong dengan kita. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak mungkin akan terlupa.
Mari kita bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita. Orang yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Qs. Luqman [31]: 12).
Semoga dengan bersyukur, Allah menambah nikmat-Nya kepada kita semua, sesuai janji-Nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya bila kau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan bila kau mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs. Ibrahim [14]: 7).
Selanjutnya mari kita bershalawat kepada nabi besar Muhammad Saw. Untuk apa kita bershalawat?! Jika di dunia ini kita membutuhkan pertolongan, maka kita bisa meminta tolong kepada saudara-saudara kita, kerabat dan para sahabat. Akan tetapi akan ada suatu masa nanti, menyerupai yang difirman Allah:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
“Pada hari ketika insan lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 34-36). Mengapa semua orang melarikan diri dari orang-orang yang mereka kasihi?! Padahal di dunia dahulu mereka tidak bisa berpisah walau sedetik pun.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 37). Saat itu kita sibuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita; langkah kaki, hayunan tangan, tatapan mata, telinga bahkan gerak hati. Ketika tidak ada yang sanggup menolong, pada ketika tidak ada yang bisa membantu. Maka ketika itu kita mengharapkan pertolongan dan syafaat Rasulullah Saw. Mari kita memperbanyak shalawat, semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya, amin ya Robbal’alamin.

اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan Allah …
Tujuan dari puasa ialah membuat insan yang bertaqwa. Dan kedudukan insan di sisi Allah diukur dari ketakwaannya. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menimbulkan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kau disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat [49]: 13).
Manusia dianggap mulia bukan lantaran hartanya, bukan lantaran jabatannya, bukan pula lantaran bentuk dan rupanya. Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada badan kau dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim). Apakah takwa itu ? Imam Ali mendefinikan takwa sebagai :
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ، وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ، وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
Mesti ada empat unsur dalam diri kita, barulah kita layak disebut sebagai orang yang bertakwa.
Pertama : اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ takut kepada Allah.
Di siang Ramadhan, kita tahan diri kita dari segala sesuatu yang halal, lantaran takut kepada Allah. Maka diperlukan di luar Ramadhan ini kita bisa menahan diri kita dari segala yang haram, juga lantaran takut kepada Allah. Kita tumbuhkan rasa takut selama tiga puluh hari ini, biar ia bersemayam dan kekal kekal di dalam hati kita hingga Ramadhan yang akan datang.
Janji Allah Swt untuk orang-orang yang takut kepada-Nya :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46)
“Dan bagi orang yang takut akan ketika menghadap Tuhannya ada dua syurga[1446].
[1446] Yang dimaksud dua syurga di sini adalah, yang satu untuk insan yang satu lagi untuk jin. Ada juga hebat tafsir yang beropini syurga dunia dan syurga akhirat”. (Qs. ar-Rahman [55]: 46).
Kedua : وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ melakukan isi kandungan Al-Qur’an.
Di bulan Ramadhan, bulan turunnya Al-Qur’an, kita perbanyak bertadarus Al-Qur’an. Maka mari kita laksanakan isi dan kandungannya dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Al-Qur’an bukan hanya sekedar dibaca dan diperdengarkan, akan tetapi lebih daripada itu, al-Qur’an dijadikan sebagai aliran dalam kehidupan.
Ketiga : وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ Ridha terhadap ketentuan Allah. Setelah kita berusaha, maka kita mesti mendapatkan ketentuan Allah. Jangan hingga hasrat dan ambisi mendorong kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Di bulan Ramadhan kita diajarkan mengenali hakikat hawa nafsu. Kalau kita sudah mengenalnya dengan baik, maka gampang bagi kita mengendalikannya dan tidak tertipu oleh nafsu.
Keempat : وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ mempersiapkan diri menghadapi hari kematian. Sudahkah kita persiapkan diri kita untuk menghadapi hari simpulan hidup itu ?! Rasulullah SAW bersabda :
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Yang mengiringi mayit itu ada tiga, yang dua kembali, sedangkan yang kekal hanya satu. Mayat itu diiringi keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan yang menetap hanyalah amalnya”. (HR.At-Tirmidzi).
Selama ini kita sibuk mengurus yang dua kasus tersebut ; harta dan keluarga, kita lalaikan yang satu. Padahal yang satu itulah yang akan menemani kita. Kalau kita mengaku sebagai orang yang bertakwa, maka mari kita siapkan diri kita menghadap hari simpulan hidup itu.
اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan Allah …
Allah Swt bercerita ihwal jawaban yang telah Ia siapkan untuk orang-orang yang bertakwa:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan bersegeralah kau kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada nirwana yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 33).
Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah menyebutkan sifat-sifat yang bertakwa tersebut:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, kemudian memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang sanggup mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan nirwana yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 134-136).
Sifat pertama: الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
(orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit)
Pada bulan Ramadhan kita diingkatkan kepada penderitaan saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. Kalau kita lapar hanya 14 jam, maka mereka mungkin lapar 14 hari atau lebih dari itu. Kalau kita haus hanya sesaat, maka mereka menahan haus dan penderitaan dalam sebagian dari usia mereka. Rasa tenggang rasa tersebut pribadi kita wujudkan dalam bentuk membayar zakat Fitrah. Paling tidak hari ini kita mengembangkan kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung biar sanggup merayakan hari raya ini dalam keadaan perut kenyang. Akan tetapi tujuan yang sesungguhnya ialah biar puasa menyentuh hati dan perasaan kita yang pada akibatnya kita menyisihkan 2,5 persen dari rezeki yang dititipkan Allah kepada kita, untuk kita berikan kepada mereka. Karena sesungguhnya itu ialah milik mereka. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia cuilan tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. (Qs. Al-Ma’arij [70]: 24).
Kadar kepercayaan kita ditentukan sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda: “Salah seorang kau belum beriman, hingga ia menyayangi saudaranya menyerupai ia menyayangi dirinya sendiri”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sifat yang kedua: وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ (orang-orang yang menahan amarahnya).
Rasulullah Saw bersabda:
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ » .
“Orang yang besar lengan berkuasa bukanlah orang yang menang bergulat, akan tetapi orang yang besar lengan berkuasa ialah orang yang bisa menguasai dirinya ketika ia marah”. (HR. al-Bukhari). Pada bulan Ramadhan kita bisa mengendalikan amarah, maka semangat pengendalian amarah itu kita bawa ke luar Ramadhan.
Sifat yang ketiga: وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ (mema'afkan (kesalahan) orang).
Ada orang yang bisa menahan amarah, tapi sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain. Orang yang bertakwa mempunyai kedua sifat ini; bisa menahan amarah, sekaligus memaafkan kesalahan orang lain. Tak ada insan yang tidak bersalah,
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ ».
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Semua anak Adam (manusia) itu bersalah, dan sebaik-baik orang-orang yang bersalah ialah orang-orang yang bertaubat (dari kesalahannya)”. (HR. at-Tirmidzi). Manusia yang baik bukanlah insan yang tidak bersalah, lantaran tak ada insan yang luput dari silap dan salah. Manusia yang baik ialah insan yang pernah berbuat salah, kemudian memperbaiki dirinya. Mari kita berjiwa besar untuk memohon maaf atas segala kesalahan kita. Di waktu yang sama, kita juga membuka pintu maaf atas segala kesalahan orang lain. Allah menjanjikan jawaban yang besar bagi orang-orang yang sabar:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Qs. az-Zumar [39]: 10). Dengan menahan amarah yang diiringi derma maaf maka kita sanggup menjalin silaturahim yang tulus. Menjalin silaturahim berarti kita telah menjalin relasi baik dengan Allah Swt, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:
قاَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَناَ الله وَ أَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَ شَقَقْتُ لَهَا مِنْ اِسْمِيْ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
Allah berfirman, “Aku ialah Allah, Aku ialah Yang Maha Penyayang. Aku ciptakan rahim dan saya ambil dari nama-Ku. Siapa yang menyambungkan tali silaturahim, maka saya jalin relasi dengannya dan orang yang tetapkan tali silaturahim, maka Aku putuskan relasi dengannya”. (HR.Al-Hakim).

Sifat yang keempat:
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, kemudian memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang sanggup mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui).
Selalu berzikir mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya, lantaran hanya Allah saja yang sanggup mengampuni semua dosa, tentu saja permohonan ampunan itu dengan taubat yang sebenarnya. Allah Swt berfirman:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan Nashuha”. (Qs. At-Tahrim [66]: 8). Apakah taubat Nashuha itu?! Menurut Ibnu Abbas, setidaknya mesti ada tiga unsur di dalamnya:
النَّدَمُ بِالْقَلْبِ وَالِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ وَالْإِضْمَارُ أَنْ لَا يَعُودَ إلَيْهِ أَبَدًا
• Penyesalan di dalam hati.
• Beristighfar memohon ampun dengan lisan.
• Bertekad untuk tidak mengulanginya untuk selama-lamanya.
Itulah sifat-sifat orang yang bertakwa.
Itulah orang-orang yang disebutkan Rasulullah SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (البخاري ومسلم).
“Siapa yang berpuasa Ramadhan lantaran kepercayaan dan lantaran hanya mengharapkan ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Sebaliknya, orang-orang yang tidak mempunyai sifat-sifat itu, maka ia tergolong dalam sabda Rasulullah SAW,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ ».
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali hanya lapar saja. Dan berapa banyak orang yang melakukan Qiyamullail, akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari Qiyamullailnya melainkan hanya sekedar tidak tidur saja”. (HR.An-Nasa’i).
Jika kita bisa menjadi orang-orang yang bertakwa, maka Allah berjanji akan membukakan pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Qs. al-A’raf [7]: 96).
Jika kita bisa menjadi orang yang bertakwa, maka Allah akan berikan solusi terhadap permasalahan yang kita hadapi dan Ia berikan rezeki dengan cara yang tidak terduga:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah pasti Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (Qs. ath-Thalaq [65]: 2).
Jika kita bisa menjadi orang yang bertakwa, maka Allah akan ampuni dosa-dosa kita, bahkan akan melipatgandakan amal shaleh yang kita lakukan:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, pasti Dia akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (Qs. ath-Thalaq [65]: 5).
Semua kembali kepada kita, mari kita jadikan puasa yang telah kita laksanakan itu sebagai ibadah yang sanggup membentuk diri kita, mengampuni dosa-dosa kita, melipatgandakan jawaban amal ibadah kita dan jawaban kebaikan untuk kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT, amin ya Robbal’alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْراً، وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ،اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Sumber http://somadmorocco.blogspot.com/

0 Response to "Khutbah Idul Fithri 1 Syawwal 1431H / 10 September 2010M."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel