-->

Pengertian Skripsi,Kesalahan Dalam Penulisan Skripsi Dan Tujuan Penulisan




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis sanggup menuntaskan makalah Metode Penulisan Karya Ilmiah yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bpk/Ibu.  Mata pelajaran kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah, yang telah menawarkan instruksi terkait kiprah makalah ini. Tanpa bimbingan dari dia mungkin, penulis tidak akan sanggup menuntaskan kiprah ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh alasannya yaitu itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang …………………………………………………………………………….1
B.  Rumusan kasus ………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Skripsi ………………………………………………………………………….2
B.  Kesalahan-kesalahan Dalam Penulisan Skripsi ……………………………………………..2
1. Kesalahan Pokok..............................................................................................................2
2. Kesalahan penggunaan kata atau kalimat............................................................................3
3. Penggunaan Kata Ganti Orang...........................................................................................6
4. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"......................................................................................6
5. Ketidak jelasan Isu ...........................................................................................................6
6. Tujuan Riset & Tujuan Periset............................................................................................7
7. Padding.............................................................................................................................7
C.  Tujuan Penulisan Skripsi……………………………………………………………………..7
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan    …………………………….........................................................................8           
B. Saran………………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah menjadi keharusan. Adapun untuk mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi tolak ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu sanggup dituangkan dalam aneka macam macam goresan pena ilmiah, salah satunya dalam bentuk skripsi. Dalam skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus diperhatikan penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat.
Bahasa yaitu kunci pokok bagi kehidupan insan di atas dunia ini, lantaran dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa sanggup dipakai apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita sanggup memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
B. Rumusan Masalah
Makalah yang kami susun ini membahas beberapa permasalahan berikut :
A.  Pengertian skripsi
B. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan skripsi
C. Tujuan penulisan skripsi



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai salah satu hasil proses pengembangan intelektual mahasiswa secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di bawah bimbingan dosen.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk menuntaskan pendidikan pada agenda sarjana (S1) yang mempunyai bobot 6 sks (satuan kredit semester). Penulisan skripsi harus memenuhi syarat-syarat penulisan ilmiah, yaitu obyektif, metodologis, sistematis dan komunikatif.
B. Kesalahan-Kesalahan Dalam Penulisan Skripsi
Kesalahan-kesalahan fundamental yang sering ditemui dalam penulisan Skripsi/Penulisan Ilmiah antara lain :

1. Kesalahan Pokok
Kesalahan ini menjadikan penulisan ilmiah ibarat sebuah buku atau laporan ilmiah. Beda penulisan ilmiah dengan buku atau laporan ilmiah yaitu :
a) Ada masalah
b) Ada teori (referensi)
c) Ada pemikiran penulis dalam pemecahan kasus tersebut berdasarkan teori yang ada.
Masalah yang akan dibahas diletakkan di bab-bab awal (misalkan di Bab I Pendahuluan).
Bab I bisa saja terdiri atas :
a) Latar Belakang Masalah
b) Batasan Masalah
c) Rumusan Masalah
d) Tujuan Penulisan
e) Metodologi Penelitian
f) Sistematika Penulisan.
Di latar belakang masalah, pembaca harus sanggup menyimpulkan masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapi penulis, sehingga si penulis perlu menuntaskan masalah-masalah tersebut dalam penulisan ilmiahnya. di latar belakang kasus jangan hingga ada teori atau pemecahan kasus atau alat bantu yang akan dipakai untuk memecahkan masalah, apalagi ada kesimpulan. Ini yang sering tidak dicermati oleh penulis.
Contoh sederhana, seorang penulis ingin membuat sistem komputerisasi stok barang di sebuah toko material yang selama ini masih dilakukan secara konvensional tanpa pinjaman komputer. Di latar belakang kasus jangan disinggung-singgung kehebatan komputer, kemajuan teknologi, dan semacamnya, lantaran komputer justru akan dipakai sebagai alat bantu pemecahan masalahnya. Jadi, komputer tidak tepat dijadikan latar belakang masalah.
Lebih cocok bila di latar belakang kasus ditulis masalah-masalah yang selama ini terjadi di toko tersebut, misalkan :
(a) Kesulitan mengecek stok barang di gudang,
(b) Sering terjadi ketidakcocokan antar stok barang yang ada di gudang.
(c) Sering terlambat dalam pemesanan barang untuk mengisi stok di gudang lantaran di catatan, jumlah barang tertentu masih banyak, ternyata kenyataannya sudah habis,
(d) Ketidakdisiplinan si pencatat mengakibatkan perbedaan jumlah stok barang di gudang dan di catatannya, dan sebagainya.

Sedang di batasan masalah, bisa ditulis perihal pemilihan kasus dari sekian kasus yang dihadapi ibarat tertuang di latar belakang masalah. Jadi, tidak semua kasus di latar belakang kasus akan dipecahkan di penulisan ilmiah, silahkan pilih yang mana yang akan dipecahkan. Oleh lantaran itu, di batasan kasus tidak perlu berisi batasan alat bantu pemecahan kasus yang digunakan, tujuan penulisan dan sebagainya.

2. Kesalahan Penggunaan Kata/Kalimat
Masih terkait dengan butir I pecahan sebelumnya, penulisan ilmiah (skripsi, thesis, disertasi) yaitu karya langsung (kelompok) yang dikerjakan sendiri (bersama kelompoknya). Dengan demikian, dilarang ada kata atau kalimat yang berinteraksi dengan pembaca (mengajak pembaca berpikir atau bahkan memerintah si pembaca).
Beberapa kesalahan kalimat, dalam menulis karya ilmiah :

a) Menulis Kalimat yang Tidak Utuh
Bahasa karya ilmiah Bahasa Indonesia yang baku berdasarkan standar ilmiah yang mengacu pada Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan suplemen-suplemen terbaru. Menulis karya ilmiah yang komunikatif sangat penting biar tujuan yang ingin disampaikan sanggup dipahami dengan terang dan jernih.
b) Menulis Kalimat yang Rancu
    Kesalahan kalimat dimungkinkan lantaran penulis (pemakai bahasa) mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih, misalnya:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Yang dirancukan dalam kalimat tersebut adalah:
Meskipun Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.; dan
Negara itu merupakan penghasil kappas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Jadi, kerancuan yang tampak pada contoh kalimat tersebut yaitu pemakaian sekaligus kata meskipun dan tetapi dalam sebuah kalimat.

c) Kesalahan Urutan Kata
    Kesalahan menulis kalimat sanggup juga terjadi lantaran urutan katanya tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia.

d) Pemakaian Ungkapan Penghubung
    Yang dimaksud dengan kata atau penghubung dalam hal ini yaitu semua kata atau ungkapan yang dipakai oleh penulis untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim dipakai supaya, meskipun, sebagai, karena, dan bahwa.
    Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering ditemukan adanya beberapa kesalahan, yaitu semakin kaburnya batas pemakian penghubung antar kalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi duduk kasus besar di kantornya. Tapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursarinya. Yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antar pecahan kalimat, sanggup juga sebagai penghubung antarkalimat.
Contoh : Pak Susilo sedang mengahdapi duduk kasus besar di kantornya, tetapi ia dengan sabar menyelesaikannya.
Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan musik campursari, yaitu musik tradisional yang diaransemen dengan alat musik modern.
    Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan antarkalimat tidak banyak jumlahnya. Yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia antara lain : oleh, lantaran itu, namun, kemudian, sehabis itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walaupun demikian, sehubungan dengan itu.
Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan kesalahan pemakaian kata penghubung antar pecahan kalimat yaitu pemakaian kedua jenis penghubung yang kurang jelas. Contoh :
Saya tidak sependapat dengan mereka, namu demikian saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai membuat lagu bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.
Kalimat di atas seharusnya ditulis sebagai berikut :
Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya.
Yovie Widianto piawai membuat lagu. Bahkan ia sering mendapat penghargaan dalam bidang musik.

e) Kesalahan Pemakaian Kata Depan
    Pemakaian kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan sanggup mubazir kalau penggunaan dalam kalimat-kalimat tidak tepat. Agar sanggup memakai kalimat yang benar dalam berbahasa Indonesia, kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan harus dipakai secara tepat.

f) Kesalahan Pemakaian Bentuk Kata
    Kebenaran suatu kalimat tidak hanya ditentuka oleh keteraturan bagian-bagiannya sebagai satuan pembentuk kalimat, tetapi sanggup juga sanggup ditentukan oleh bentuk dan pilihan kata yang mengisi bagian-bagian itu. Makara kesalahan kalimat dimungkinkan juga oleh adanya pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak benar.
Kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kekurangtepatan dalam menentukan bentuk k ata masih sering dijumpai. Contoh :
Dengan sangat menyesal kami tidak sanggup memenuhi usul Anda lantaran persediaan barang kami sudah habis. (seharusya: sediaan)
Semula langganan Bapak saya layani dengan baik. (seharusnya : pelanggan)
Dalam bahasa Indonesia terdapat serangkaian kata yang proses pembentukannya memperlihatkan keteraturan, ibarat :
· tinju bertinju petinju pertinjuan
· gulat bergulat pergulat pergulatan
· mukim bermukim pemukiman permukiman
· satu bersatu mempersatukan pemersatu
· buat membuat pembuat pembuatan buatan
· serang menyerang penyerang penyerangan serangan
· pukul memukul pemukul pemukulan pukulan
· solek bersolek mempersolek pemesolek
· oleh beroleh memperoleh pemeroleh
· tulis menulis penulis penulisan tulisan
· pilih menentukan pemilih pemilihan pilihan
· tani bertani petani pertanian
· dagang berdagang pedagang perdagangan
Ciri ragam bahasa keilmuan ditandai dengan budi sehat yang cermat, teliti, dan obyektif. Tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan kalimat yaitu jelas, lugas, dan komunikatif.
Kejelasan kalimat sanggup dicapai dengan mengeksplisitkan unsur-unsur kalimat ragam bahasa tulis, ibarat sujek, predikat, objek, dan keterangan. Kelugasan kalimat berkaitan dengan makna, artinya kalimat dalam suatu paragraph harus mempunyai satu tafsiran yang sama bagi penulis dan pembacanya. Komunikatif berkaitan dengan pemahaman pembaca terhadap suatu karya ilmiah. Sebuah karangan disebut komunikatif apabila disajikan secara logis dan sistematis. Hubungan kelogisan ditandai dengan kekerabatan antarbagian dalam kalimat, antarkalima dalam alinea, dan antaralinea dalam wacana, yang memperlihatkan alasannya yaitu akibat, kesejajaran, atau kemungkinan.

g) Kesalahan Penyerapan Istilah
    Kata masjid berasal dari bahasa Arab, masjidun, yang diserap secara utuh sebagai nomina dengan menghilangkan akhiran –un, menjadi masjid, bukan mesjid (huruf /a/ tetap dipertahankan menjadi /a/, tidak diubah menjadi /e/). Kata-kata lain yang kita serap dengan cara yang sama, diantaranya yaitu :
· madrasah , berasal dari bahasa Arab, madrasatun
· daftar, berasal dari bahasa Arab, daftarun.
Kata salat, barasal dari bahasa Arab, shalat, yang diserap menjadi salat (bukan: shalat atau solat). Bahasa Indonesia tidak mengenal karakter kembar /sh-/, /bh-/, /dh-/, /dl-/, /th-/, dan /ts/. Oleh lantaran itu, kata-kata yang diserap dari bahasa asing, contohnya bahasa Arab, Sansekerta, Inggris, dan Belanda yang mengandung huruf-huruf kembar diubahsuaikan dengan fonem atau karakter yang ada dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan bentuk goresan pena dan/atau suara yang paling mendekati atau sama dengan kata aslinya.
Berdasarkan pedoman tersebut, maka sanggup ditentukan bentuk kata baku (benar), sebagai berikut :
· hadirin, bukan: hadlirin;
· Sanawiah, bukan Tsanawiah;
· ateis, bukan: atheis;
· batin, bukan: bathin;
· darma, bukan: dharma;
· Selasa, bukan: Tselasa atau Tsalata;
· hadir, bukan: hadlir;
· tema, bukan: thema;
· hadis, bukan: hadits;
· salat, bukan: sholat atau shalat;
· Ramadan, bukan: Ramadhan atau Ramadlan;
· bumi, bukan: bhumi;
· bakti, bukan: bhakti.
Kata miliar berasal dari bahasa Inggris, milliard, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi miliar, bukan milliard, miliyard, atau milyar. Para pengguna bahasa, ibarat wartawan, tokoh birokrat dan pemerintah, mahasiswa, guru, dosen, serta pegawai dan petugas di dunia perbankan yang tidak menyadari dan melaksanakan banyak kesalahan terhadap pemakaian kata ibarat ini. Kata milliard diserap menjadi miliar, dengan melaksanakan penyesuian sebagai berikut :
Huruf kembar /ll/ diubahsuaikan dengan fonem bahasa Indonesia menjadi satu /l/. perhatikan :
· wassalam, menjadi wasalam (satu /s/)
· accu, menjadi aki (satu /k/, bukan akki (dua /kk/)
· milliard, menjadi miliar (satu /l/)
· trilliun, menjadi triliun (satu /l/)
· professor, menjadi profesor (satu /s/)
Kecuali: mass media, menjadi media massa (dua /ss/), lantaran dalam bahasa Indonesia sudah terdapat kata mas (satu /s/), yang berbeda maknanya dengan mass (dua /ss/).
Huruf /i/ tetap dipertahankan menjadi /i/ (tidak diubah menjadi /y/). Perhatikan:
· milliard, menjadi miliar (/i/ tetap menjadi /i/, tidak diubah menjadi /y/);
· trilliun, menjadi triliun (bukan: trilyun)
Gugus konsonan –rd lantaran dalam bahasa Indonesia tidak kenal gugus konsonan final –rd, maka diserap menjadi –r. Perhatikan:
· standard, menjadi standar
· milliard, menjadi miliar
· president, menjadi presiden
Kata-kata absurd yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia sedapat mungkin diubahsuaikan dengan kaidah, ejaan, dan pengucapan Indonesia. Misalnya kata standard (Inggris) diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi standar (benar), lantaran di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal gugus konsonan final –rd.
Kata-kata absurd yang sudah sesuai dengan kaidah, ejaan, atau pola ucapan pengecap Indonesia, sedapat mungkin diserap secara utuh dengan adaptasi seperlunya. Contoh :

Kata Asal (Inggris)
Kata Serapan (Indonesia)
Penulisan Kata yang Salah
Popular
popular
populer
extracurricular
ektrakurikular
ektrakurikuler
practice
praktik atau praktis
praktek
Modern
modern
moderen
congress
kongres
konggres
kangaroo
kanguru
kangguru
Risk
risiko
resiko
Survey
survei
survai
Phrase
frase
frasa
Method
metode
metoda
November
November
Nopember
February
Februari
Pebruari

Kata-kata yang sudah menyatu dan dianggap padu dituliskan serangkai. Contoh : olahraga, matahari, segitiga, kacamata, peribahasa, adakalanya, darmawisata, beasiswa, saputangan, dukacita, sukacita, manasuka, daripada, kepada, silaturrahmi, sediakala, wasalam, bilamana, saripati, padahal, bagaimana, kasatmata, fatamorgana, halalbihalal, malapetaka, sukarela, barangkali, bumiputra, lokakarya, syahbandar, akilbalig, mancanegara, barangsiapa, perilaku, dan titimangsa.
Kata dasar yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu mungkir, bukan pungkir (salah). Dari kata dasar mungkir bias diturunkan kata-kata berimbuhan, ibarat memungkiri, dimungkiri, pemungkiran. Banyak pengguna bahasa yang memakai bentuk yang salah, ibarat dipungkiri, lantaran tidak menyadari atau tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
Kata-kata tertentu yang tidak mengandung karakter atau fonem /h/ tetap dipertahankan. Contoh: utang (bukan: hutang), rapi, sila, silakan, imbau, isap, impit, paro ‘bagian’, separo ‘sebagian’, Eropa, sewa, honor ‘upah’, andal, andalan, musna, alangan, dan pengalang.
Bentuk yang benar yaitu sekadar (bukan: sekedar). Kata ini berasal dari kata dasar ‘kadar’, yang berari ‘ukuran’. Jadi, sekadar berarti ‘seukuran, satu ukuran’. Ala kadarnya bermakna ‘seukuran; apa adanya’.
Penulisan nama kota dan tempat:

Benar
Salah
Bonepantai
Bone Pantai
Bonebolango
Bone Bolango
Bukittinggi
Bukit Tinggi
Pangkalpinang
Pangkal Pinang
Tanjungpinang
Tanjung Pinang
Jayapura
Jaya Pura
Kotabaru
Kota Baru
Batusangkar
Batu Sangkar
Padangpanjang
Padang Panjang
Palangkaraya
Palang Karaya
Banjarmasin
Banjar MAsin
Banjarbaru
Banjar Baru
Bandarlampung
Bandar Lampung

    Akan tetapi, kalau nama kota atau daerah tersebut diikuti oleh kata-kata yang memperlihatkan lokasi, contohnya utara, selatan, timur, dan barat, maka penulisan dipisahkan. Contoh:
· Lampung Selatan
· Pantai Barat
· Jawa Barat
· Sulawesi Utara
· Jakarta Selatan
h) Kesalahan Diksi dan Kata Tidak Baku
    Dalam menulis karya ilmiah, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat tertentu akan mempunyai makna yang berbeda, yang tidak sesuai dengan maksud penulisnya. Hal ini juga akan mengakibatkan salah penafsiran. Contoh:
Kita tahu bahwa mereka yang bekerja di luar negeri itu rentan terhadap proteksi hukumnya.
Kata rentan mempunyai makna gampang terkena penyakit, peka (mudah merasa). Kata tersebut mempunyai makna negatif, contohnya rentan terhadap ancaman kebakaran, rentan terhadap penyakit. Pada contoh kalimat tersebut, kata rentan dipasangkan dengan kata perlindungan hukum yang bermakna positif. Dengan demikian, penggunaan kata rentan dalam kalimat tersebut tidak tepat. Perbaikan contoh kalimat tersebut adalah:
Kita tahu bahwa proteksi aturan bagi mereka yang bekerja di luar negeri itu minim.
    Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk mengakibatkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, ibarat yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

i) Membedakan secara cermat denotasi dari denotasi.
Kata denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif mempunyai makna tambahan atau nilai rasa. Jika hanya menginginkan pengertian dasar, dipilih kata denotatif; kalau menghendaki reaksi emosional tertentu, penggunaan kata konotatif dengan target yang akan dicapai.

j) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Penulis harus berhati-hati menentukan kata dari sekian sinonim yang ada untuk memberikan apa yang diinginkannya sehingga tidak salah interpretasi.

k) Membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Gunakan kata-kata indra yang memperlihatkan kata-kata yang khusus.
    Demikian kesalahan-kesalahan umum dalam pemakaian ejaan bahasa Indonesia sebagaimana yang ditekankan oleh pakar bahasa Indonesia, Abdul Rajak Husain. Para akademisi diperlukan menguasai pamakaian bahasa tulis ini sebagai alat untuk mempertajam analisis dan publikasi hasil karya.
3. Penggunaan Kata Ganti Orang
Di penulisan skripsi dilarang ada kata ganti orang (khususnya orang ketiga), misalkan kata "Anda", "Kita", dan sebagainya. Bahkan, kata "Saya", "Kami", "Penulis", dan semacamnya tidak perlu diadakan lantaran tanpa menyebut "Penulis" orang juga tahu bahwa yang menulis skripsi ini yaitu "Penulis".
Contoh Kalimat : "Perlu Anda ketahui, bahwa penulis melaksanakan penelitian ini...." Seharusnya ditulis dengan "Perlu diketahui bahwa penelitian ini dilakukan...."

4. Penggunaan Kalimat Perintah
Pada penulisan skripsi seluruhnya dilakukan sendiri oleh penulis, sehingga penulis tidak mempunyai wewenang untuk memerintah pembaca.
Contoh Kalimat : "Setelah itu, kliklah tombol Enter untuk masuk ke..." Seharusnya ditulis dengan "Setelah itu diklik tombol Enter untuk masuk ke..."

5. Penggunaan Kata/ Suku Kata "di"
"Di" bisa menjadi kata atau suku kata (bagian dari kata). "Di" menjadi kata apabila memperlihatkan kata tempat, ibarat "di atas", "di samping", "di Jakarta", dan sebagainya. "Di" menjadi suku kata kalau dipadu dengan kata lain menjadi kata kerja, misalkan "diawasi","dilakukan","dijual", dan sebagainya. Penulisannya, kalau menjadi kata, harus dipisah dengan spasi dengan kata lain, dan menjadi suku kata, apabila  penulisannya digabung.

6. Ketidakjelasan Isu
Isu yaitu titik awal sebelum melaksanakan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan gampang dipahami. Isu harus menjelaskan perihal permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan info (atau latar belakang) berlembar-lembar, dan sulit untuk dipahami.

7. Tujuan Riset & Tujuan Periset
Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini yaitu kesalahan fatal. Tujuan riset yaitu menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapat gelar S1.

8. Padding
Ini yaitu fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber teladan dalam daftar pustaka, walaupun bergotong-royong mahasiswa yang bersangkutan hanya memakai satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang memakai bermacam-macam teladan dalam skripsinya, tetapi saat ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum sanggup dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis skripsi dengan menerapkan aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih sangat kurang.Kurangnya kemampuan ini terlihat dari masih ditemukannya kesalahan dalam tingkat kuantitas dan kualitas tertentu pada setiap mahasiswa yang diteliti. Peneliti dalam hal ini tidak bermaksud menyampaikan bahwa semua mahasiswa niscaya melaksanakan kesalahan pada tingkat kualitas dan kuantitas tertentu. Namun, dari tingkat kesalahan sejumlah mahasiswa yang diteliti, paling tidak sudah bisa dijadikan ukuran perihal adanya tanda-tanda tersebut.
Tingkat kesalahan yang ada bisa terlihat dari masih adanya kesalahan-kesalahan penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan skripsi. Secara teknis, kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan meliputi:
a. kesalahan ejaan,
b. kesalahan diksi,
c. kesalahan struktur kalimat,
d. kesalahan koherensi,
e. kesalahan penyusunan paragraf,
f. kesalahan nalar kalimat, dan
g. kesalahan tutipan dan daftar pustaka.
B. Saran
    Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan karya ini sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya ini.



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zainal. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta:Akademika Pressindo.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Sosiologi Bahasa.Bandung:Angkasa.
Depdikbud. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moelono, Anton M. 1985 . Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:Djambatan.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi . Flores:Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer dan Pulubuhu, Yennie P.1993. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Dasar  Umum. Flores:Nusa Indah.
Widagdho, Djoko. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hariwijaya dan Triton P.B.  2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Oryza.

0 Response to "Pengertian Skripsi,Kesalahan Dalam Penulisan Skripsi Dan Tujuan Penulisan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel