-->

Penjelasan Mengenai 12 akhlak Membaca Al Quran Beserta Dalilnya Lengkap


Jika Al Qur’an dipandang sebagai mukjizat Nabi saw. yang paling besar dan abadi, serta pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat, maka sudah seharusnya Tutorial membaca Al Qur’an beliautur sedemikian rupa, sehingga pembaca menerima berkah-Nya, baik berkah yang bersifat hissimaupun yang bersifat maknawi.

Karena itu, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulumud Diin serta Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti dalam kitabnya, Al-Itqan fii Ulumil Qur’an merumuskan beberapa susila atau tata krama membaca Al Qur’an, yaitu:

Pertama: beliaunjurkan atau bahkan diwajibkan bersuci (berwudhu) sebelum membaca Al Qur’an. berdasarkan Imam Nawawi dalam At-Tibyan dan ijma’ ulama, berwudhu itu hukumnya sunah.
Menurut Imam Haramain, tidak makruh hanya saja meninggalkan keutamaan. bila tidak ditemukan air, boleh dengan Cara tayamum.
Menurut Imam Malik Orang yang sedang junub dan haid tidak boleh membacanya kecuali untuk kepentingan mencar ilmu dan zikir atau tahaffuzh (hafalan).
Allah swt. Berfirman:

لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ


“Tidak menyentuhnya (Al Qur’an) kecuali orang-orang yang disucikan.” (Q.S 56, Al-Waqi’ah:79).

Pada ayat diatas, terdapat dua pemahaman:

Ketika berkeinginan membaca Al Qur’an, harus berwudhu terlebih dahulu bagi yang mempunyai hadas kecil dan harus mandi jikalau mempunyai hadas besar. Kaprikornus Al Qur’an itu dihentikan disentuh seseorang, kecuali beliau telah bersuci dengan mandi dan wudhu.

Penafsiran ayat tersebut yang lebih esensi ialah, bahwa isi kandungan Al Qur’an tidak mampu disentuh oleh seseorang jikalau hatinya tidak disucikan. Barangsiapa yang hatinya higienis maka ia mendapat hikmah dan berkah dari isinya. kalau tidak, misalnya karena riya’ (pamer), maka ia tidak akan memperoleh apa-apa.

Dari uraian iatas, kita dapat mengambil kesimpulan untuk membenarkan kedua-duanya sehingga pembaca harus bersih secara hissiyah dan maknawiyah.

Kedua: Membaca Al Qur’an dengan ajudan atau bahkan dengan kedua tangan. Dengan begitu tampaklah bahwa Al Qur’an sangat mulia dibanding dengan barang atau benda-benda lain. bila membawanya untuk berjalan, maka beliaupit pada dada oleh kedua tangan kita.

Ketiga: Membaca Al Qur’an di daerah yang higienis, baik dirumah, musholla maupun masjid. daerah yang bersih tidak hanya bersih secara hissiyah, contohnya tidak terkena najis, tetapi juga bersih dalam arti maknawiyah. ialah dibaca di daerah yang suci dan terhindar dari kawasan-tempat maksiat sehingga kita sebagai pembaca tidak mencampuradukkan antara perbuatan baik dengan peruatan yang batil.

Keempat: Seyogyanya menghadap kiblat seolah-olah dikala mengerjakan sholat, serta berpakaian yang sopan, higienis dan suci, kalau perlu menggunakan minyak bacin semoga menambah ketenangan dan kesenangan dalam mambaca Al Qur’an, sehingga tidak merasa cepat bosan karenanya.

Kelima: Dibaca dengan rasa khusyuk, damai, tertib, dan niatan yang tulus. Hal ini mampu ditempuh dengan banyak sekali Tutorial, yaitu menyucikan hadas terlebih dahulu lalu bersiwak untuk membersihkan gigi, membaca seakan-akan Allah swt. melihatnya, dibaca sesuai dengan ketentuan tajwidnya, tidak tergesa-gesa, dan tidak terlalu mengeraskan bunyi biar supaya tidak mengganggu orang lain atau orang yang sedang sholat. karena kalau mengganggu orang yang sholat wajib, maka bacaannya menjadi haram, karena sesuatu yang sunah dihentikan menghipnotis yang wajib.

Jika kita berniat membaca Al Qur’an, maka dilarang lantaran rasa riya’ dan memikirkan aktifitas lain, hendaknya memperhatikan bacaan dan memahami makna serta menghayati isi kandungannya.

Keenam: diawali dengan bacaan isti’adzah dan Basmalah agar terhindar dari godaan setan dan menuju pada perbuatan yang diridhoi oleh Allah swt. Terlebih lagi makna Basmalah yang berarti “atas nama Allah” yang mengandung pengertian bahwa membaca Al Qur’an itu semata-mata mewakili Allah untuk mensyiarkan agama Islam serta mengagungkan nama besar Allah.

Di samping itu, membaca isti’adzah dan Basmalah memiliki dua fungsi:

Fungsi Hissiyah, yaitu pembaca terhindar dari kesulitan dalam pengucapan lafal-lafal Al Qur’an sehingga dengan membaca isti’adzah dan Basmalah ini, diharapkan terhindar dari godaan setan dan dapat melafalkannya sesuai dengan tata Cara ilmu tajwid.

Fungsi Hukmiyah, yaitu pembaca terhindar dari godaan setan yang berkaitan dengan bisikan hati nurani sehingga sehabis mengucapkan isti’adzah dan Basmalah tidak mempunyai sifat riya’, ujub (membanggakan amal baiknya), serta mendatangkan rasa tulus dan bersih hati.

Allah swt. Berfirman:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Maka kalau kamu membaca Al Qur’an, hendaklah meminta proteksi kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk.” (Q.S. 16, An-Nahl:98)

وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ , وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ

“Aku meminta perlindungan kepada-Mu (Allah) dari bisikan setan dan aku berlindung kepada-Mu (Allah) dari kedatangannya.” (Q.S. 23, Al-Mu’minun: 97-98).

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan nama dewamu yang menciptakan”. (Q.S. , Al-Alaq:1).Nabi saw. bersabda:

كُلُّ اَمْرٍ ذِى بَالٍ لاَيُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ فَهُوَ اَقْطَعُ . رواه داود


“Setiap urusan yang penting tanpa dimulai dengan bacaan Basmalah, maka putus berkahnya.” (H.R. abu Dawud).

Ketujuh: Bagi pembaca yang sudah mengerti artinya, maka harus benar-benar menghayati isi kandungannya, sehingga Al Qur’an sanggup memberi makna hidup yang benar-benar dapat membahagiakan kehidupan pembaca. Sedangkan bagi yang belum mengerti artinya, harus berusaha belajar melalui terjemahan atau kepada orang yang ahli.

Kedelapan: Al Qur’an ialunkan dengan bunyi yang merdu dan lezat didengar, sehingga mampu menarik minat baca bagi dirinya dan juga pendengan lainnya.

Kesembilan: Jangan membaca Al Qur’an selagi mengerjakan aktifitas lainnya. acuan: berbicara dengan orang yang tidak berkaitan dengan bacaan yang kita baca, bermain-main serta aktifitas yang dapat merendahkan derajatnya. Mengingat Al Qur’an itu firman Allah dan dengan menghormati Al Qur’an berarti menghormati juga pembuatnya (Allah). Sebaliknya, bila merendahkannya maka sama halnya merendahkan Allah swt.

Kesepuluh: Menghentikan bacaan Al Qur’an bila pembaca sudah capek dengan maksud agar bacaannya tidak mudah keliru, serta bila pembaca menguap, kentut (keluar angin), dan memiliki aktifitas lain yang lebih penting, misalkan sholat dan sebagainya.

Kesebelas: Hendaklah membaca Al Qur’an secara istiqamah (kontinue) walaupun pada setiap harinya hanya satu makra’. karena istiqamah itu lebih baik daripada seribu karamah. Demikian juga seseorang yang hari esoknya lebih baik, maka ia menjadi orang yang beruntung, tetapi kalau sama maka menjadi orang yang merugi, apalagi lebih jelek maka ia menjadi orang yang zalim.

Keduabelas: Seusai membaca Al Qur’an diiringi doa tertentu, contohnya:

َصَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَبَلَّغَ رَسُولُهُ الْحَبِيْبُ الكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِن الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالحَمْدُللهِ رَبِّ العَالَمِيْن


“Maha Benar dan Maha Besar Allah, dan telah hingga Rasul-Nya yang tercinta dan mulia, dan kami atas demikian itu sebagai saksi dan orang-orang yang bersyukur. Dan segala puji bagi Allah, dewa sekalian alam.”

Namun jikalau menamatkan bacaan Al Qur’an secara keseluruhan, maka terdapat doa tersendiri,cek disini.

Demikian 12 tabiat membaca Al Qur’an beserta dalilnya merujuk Imam Ghazali dan Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti. Semoga kita mampu megamalkannya sehingga kebaikan dari Al Qur’an mampu kita raih, amin.

0 Response to "Penjelasan Mengenai 12 akhlak Membaca Al Quran Beserta Dalilnya Lengkap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel