-->

Kepedulian Umat Islam terhadap Jenazah

Kewajiban terhadap mayit antara lain: memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburnya. Orang yang berhak memandikan mayit ialah keluarga terdekat, bapak, ibu, suami, istri dan anak. Bagi pria disunahkan tiga helai kain kafan, bagi perempuan lima helai kain kafan.

Tata cara ṡalat mayat berbeda dengan ṡalat biasa. Pada ṡalat jenazah, tidak ada ruku dan sujud, hanya empat kali takbir dan diselingi doa. Cara mengingat mati adalah dengan menjenguk atau ber-ta’ziyyah dan berziarah kubur. Mengurus jenazah hukumnya farḍu kifāyah, yaitu kewajiban secara
bersama-sama atau gotong royong.

A. Perawatan Jenazah
Sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap kondisi jenazah, yaitu seperti berikut.
  1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. atas segala dosanya.
  2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan supaya tidak kelihatan auratnya.
  3. Ditempatkan di daerah yang kondusif dari jangkauan binatang.
  4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat bersahabatnya tidak dilarang mencium si mayat.

B. Memandikan Jenazah
Memandikan mayit adalah proses yang pertama kali dilakukan dalam memulasara jenazah sebagai tindakan memuliakan dan membersihkan tubuh si mayit. Syarat-syarat wajib memandikan mayat antara lain sebagai berikut :
  1. Jenazah itu orang Islam. Apa pun ajaran, mazhab, ras, suku, dan profesinya.
  2. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
  3. Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Islam seakan-akan yang terjadi pada kala Nabi Muhammad saw.).

Ketika memndikan jenazah ada beberapa orang berhak memandikan mayat, diantaranya ialah sebagai berikut :
  1. Apabila mayit itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahram-nya.
  2. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, pria tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
  3. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
  4. Apabila mayat itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.

Berikut ini tata cara memandikan mayit.
  1. Di tempat tertutup biar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan dan yang mengurusnya saja.
  2. Mayat diletakkan di kawasan yang tinggi seperti dipan.
  3. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
  4. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya sambil ditekan pelan-pelan supaya semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal ini boleh menggunakan anyir-wangian biar tidak terganggu bau kotoran si mayat.
  5. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi si mayat.
  6. Membersihkan semua kotoran dan najis.
  7. Mewudhukan, sehabis itu membasuh seluruh badannya.
  8. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.

Air untuk memandikan mayat sebaiknya acuh taacuh. Kecuali udara sangat cuek atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh menggunakan air hangat.

C. Mengafani Jenazah
Memandikan mayit hukumnya fardhu kifayah. Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri. Apabila tidak ada, orang yang selama ini menghidupinya yang membelikan kain kafan. Jika ia tidak sanggup, boleh diambilkan dari uang kas masjid, atau kas RT/RW, atau yang lainnya secara sah. Apabila tidak ada sama sekali, wajib atas orang muslim yang sanggup untuk membiayainya.

Kain kafan paling tidak satu lapis. Sebaiknya tiga lapis bagi mayat laki-laki dan lima lapis bagi mayat perempuan. Setiap satu lapis di antaranya merupakan kain basahan. Cara membungkusnya ialah hamparkan kain kafan helai demi helai dengan menaburkan kapur barus pada tiap lapisnya. Kemudian, si mayat diletakkan di atasnya. Kedua tangannya dilipat di atas dada dengan tangan kanan di atas tangan kiri.

D. Menyalati Jenazah
Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak untuk di-ṡalatkan. Untuk bisa diṡalati, keadaan si mayat haruslah:
  1. Suci, baik suci badan, tempat, dan pakaian.
  2. Sudah dimandikan dan dikafani.
  3. Jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau sebelah kiblat.

Tata cara pelaksanaan ṡalat jenazah adalah sebagai berikut.
  1. Jenazah diletakkan paling muka. Apabila mayat pria, hendaknya imam bangkit menghadap erat kepala mayat. Jika mayat wanita, imam menghadap erat perutnya.
  2. Letak imam paling muka diikuti oleh para makmum. Jika yang menyalati sedikit, usahakan dibuat 3 baris/ṡaf.
  3. Mula-mula semua jamaah berdiri dengan berniat melakukan ṡalat mayat dengan empat takbir. Niat tersebut jikalau dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلِّى عَلَى هَذَاالْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

(Ushollii ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbirootin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa)

Artinya:
“Aku berniat ṡalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah sebagai makmum lantaran Allah ta’ala.”
  1. Kemudian takbiratul ihram yang pertama, dan setelah takbir pertama itu selanjutnya membaca surat al-Fātihah.
  2. Takbir yang kedua, dan setelah itu, membaca salawat atas Nabi Muhammad saw.
  3. Takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk mayat. Bacaan doa bagi mayit ialah sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

(Allahumagfir lahu warhamhu wa ‘afuhi wa ‘fu’anhu)

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, maafkanlah kesalahannya.”
  1. Takbir yang keempat, dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

(Allahumma la tahrimna ajrohu wala taftina ba’dahu wagfir lana wa lahu)

Artinya:
“Ya Allah, janganlah Engkau menimbulkan kami penghalang dari mendapatkan pahalanya dan janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.” (HR Hakim)

Catatan:
Do’a yang dibaca sesudah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan jenis kelamin mayitnya.
  • Apabila mayitnya wanita, damir/kata ganti hu diganti dengan kata ha.
  • Apabila jenazahnya dua orang, damir/kata ganti hu diganti dengan huma.
  • Apabila mayatnya banyak, maka damir/kata ganti hu diganti dengan hum.
  1. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri

E. Mengubur Jenazah
Perihal mengubur mayat ada beberapa penjelasan sebagai berikut.
Mengubur
  1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan, sesuai sabdanya: Artinya: “dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. bersabda: Segerakanlah menguburkan mayit....” (H.R. Bukhari Muslim)
  2. Sebaiknya menguburkan mayat pada siang hari. 
  3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah mengantar mayat hingga di kuburnya. Lalu, dia duduk di tepi lubang kubur, dan bersabda, “Luaskanlah pada serpihan kepala, dan luaskan juga pada pecahan kakinya. Ada beberapa kurma baginya di surga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Boleh menguburkan dua tiga mayat dalam satu liang kubur. Hal itu dilakukan sewaktu usai perang Uhud. Rasulullah saw. bersabda, “Galilah dan dalamkanlah. Baguskanlah dan masukkanlah dua atau tiga orang di dalam satu liang kubur. Dahulukanlah (masukkan lebih dulu) orang yang paling banyak hafal al- Qur’ān.” (HR. Nasai dan Tirmidzi dari Hisyam bin Amir ra.)
  4. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Apabila meletakkan mayat dalam kubur, Rasulullah saw. membaca: Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah. Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca: Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas nama sunnah Rasulullah.” (HR. Lima andal hadis, kecuali Nasai dan Ibnu Umar ra.)
  5. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. mengambarkan, “Rasulullah saw. melarang mengecat kuburan, duduk, dan menciptakan bangunan di atasnya.” (HR. Muslim)
  6. Sebelum dikubur, jago waris atau keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat kalau ada.

F. Ta’ziyyah (Melayat)
Ta’ziyyah atau melayat ialah mengunjungi orang yang sedang tertimpa bencana alam akhir hayat salah seorang keluarganya dalam rangka menghibur atau memberi semangat. Adab (etika) orang ber-ta’ziyyah antara lain seakan-akan berikut.
  1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
  2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa musibah.
  3. Hindarilah canda-tawa apalagi hingga terbahak-bahak.
  4. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman hingga tamat penguburan.
  5. Membuatkan kuliner bagi keluarga yang ditimpa bencana alam.

G. Ziarah Kubur
Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan. Ziarah kubur artinya berkunjung ke kuburan. Rasulullah saw. menganjurkan berziarah dengan tujuan untuk mengingat mati. Di antara hikmah dari ziarah kubur ini antara lain seperti berikut.
  1. Mengingat akhir hidup.
  2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
  3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari balasan.
  4. Mendoakan si mayat yang muslim semoga diampuni dosanya dan diberi kesejahteraan di akhirat.

Adab atau etika berziarah kubur, yaitu seolah-olah berikut.
  1. Ketika mau berziarah, niatkan dengan nrimo lantaran Allah Swt., tunduk hati dan merasa diawasi oleh Allah Swt. 
  2. Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam
  3. Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan.
  4. Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan si mayat di alam barzah dan akhirat kelak.
  5. Diusahakan tidak berjalan melangkahi kuburan atau menduduki nisan (tanda kuburan).

0 Response to "Kepedulian Umat Islam terhadap Jenazah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel