-->

Pengertian, Hakikat, Bidang Kajian, Dan Implikasi Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi






KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis sanggup menuntaskan makalah Filsafat Pendidikan Islam yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bpk/Ibu Dosen.  Mata pelajaran kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang telah memperlihatkan isyarat terkait kiprah makalah ini. Tanpa bimbingan dari ia mungkin, penulis tidak akan sanggup menuntaskan kiprah ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh lantaran itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………... I
DAFTAR ISI............................................................................................................. II

BAB  I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

BAB  II  PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Hakikat Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi…………………. 2
     2. Bidang kajian Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi………………………….... 4
3. Implikasi Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi dalam dunia pendidikan……….. 5
4. Hakikat dan Teori Ilmu Pengetahuan………………………………………….. 6

BAB  III  PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................... 10
     B. Saran................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

             A. Latar Belakang
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan lantaran ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat aneh ataupun riil mencakup Tuhan, insan dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul semua perkara filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bab yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas ihwal hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas ihwal guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sesungguhnya sama-sama membahas ihwal hakikat, hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas ihwal bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan sanggup membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas ihwal apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas ihwal pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.

B.    Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Hakikat Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi?
2. Apa Bidang kajian Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi?
3. Apa Implikasi Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi dalam dunia pendidikan?
4. Apa Hakikat dan Teori Ilmu Pengetahuan?




BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Hakikat Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.
A. Pengertian dan Hakikat Ontologi.
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontosdan logos. Ontosberarti sesuatu yang berwujud dan logosberarti ilmu. Makara ontologi sanggup diartikan sebagai ilmu atau teori ihwal wujud hakikat yang ada.
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini mencakup yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of God,yaitu insan dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendi dikan telah berpijak dari humansebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan insan itu ialah transformasi pendidikan.
Menurut Syam (1988) ontologi kadang-ka­dang disamakan dengan metafisika. Sebelum mengusut yang lain, insan berusaha mengerti hakikat sesuatu. Dalam berinteraksi dengan alam semesta, insan melahirkan aneka macam pertanyaan  filosofis, di antaranya ; apakah sesungguhnya hakikat realita yang ada ini, apakah realita yang nampak ini suatu realitas materi saja, ataukah ada sesuatu dibalik realita itu, satu "rahasia" alam. Apakah wujud semesta ini bersifat tetap, awet tanpa perubahan. Ataukah hakikat semesta ini ialah perubahan semata-mata. Apakah realita ini terbentuk satu unsur (monisme), dua unsur (dualisme), ataukah lebih dari dua unsur (pluralisme).
Suatu realita sebagai suatu perwujudan, menampakkan di­ri sebagai satu "tubuh", satu eksistensi. Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni-keseluruhan sifatnya. Yang utama dari perwujudan itu ialah eksistensinya. Wujud atau adanya sesuatu itu ialah primer, sedangkan sifat-sifat yang lain menyerupai ukurannya, bentuknya, warnanya, beratnya dan sebagainya hanyalah sekunder.
Sebagai contoh, apakah sesungguhnya hakikat lantai dalam ruang belajar. Ada yang menjawab bahwa lantai itu bersi­fat datar, padat tetapi halus dengan warna tertentu. Apakah bahannya, pastilah lantai itu suatu substansi dengan kuali­tas materi. Inilah yang dimaksud bahwa lantai ialah suatu realitas yang kongkrit. Para hebat ilmu alam menjawab, bahwa lantai itu terbentuk dari molekul-molekul, yang terak­hir atom-atom dan atom-atom tersebut terbentuk dari elec­tron-elektron, proton-proton dan neutron-neutron dan semua itu tenaga listrik. Makara lantai itu hakikatnya satu energi, tenaga listrik. Makara hakikat lantai berdasarkan orang biasa ialah realita dalam wujud lantai yang konkrit, sementara hebat ilmu alam memandang hakikat lantai dari sudut pengertiannya (abstrak) yaitu tenaga listrik, energy, namun keduanya bersi­fat realita.

    Hubungan antara ontologi dengan pendidikan
Ontologi merupakan analisis ihwal objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui insan dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan ialah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh acara kependidikan. Makara kekerabatan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.

B. Pengertian dan Hakikat Epistimologi.
Epistemologi berasal dari kata epistemeyang berarti pengetahuan dan logosyang berarti ilmu. Makara epistemologi ialah ilmu yang membahas ihwal pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan ihwal cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi ialah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas ihwal tata cara, teknik, atau mekanisme mendapat ilmu dan keilmuan. 

Hubungan antara epistemologi dengan pendidikan
Hubungan epistemologi dengan pendidikan ialah untuk menyebarkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab serta memperlihatkan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.

C. Pengertian dan Hakikat Aksiologi.
Aksiologi ialah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu;  axios yang berarti sesuai atau wajardan logosyang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Landasan aksiologi ialah berafiliasi dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan insan berikut keuntungannya bagi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, apa yang sanggup disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam bahasan lain, tujuan keilmuan dan pendidikan Islam yang berusaha untuk mencapai kesejahteraan insan di dunia dan alam abadi ini esuai dengan Maqasid al-Syariahyakni tujuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam merumuskan aturan Islam. Sementara berdasarkan Wahbah al Zuhaili, Maqasid Al Syariahberarti nilai- nilai dan target syara'yang tersirat dalam segenap atau bab terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai- nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan belakang layar syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari'dalam setiap ketentuan hukum.
Kemudian Muzayyin Arifin memperlihatkan definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran ihwal perkara nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, contohnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).
Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan, maka aksiologi sanggup diartikan sebagai telaah ihwal nilai - nilai yang dipegang ilmuwan dalam menentukan dan menentukan prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan pemanfaatannya.
Aksiologi : Nilai kegunaan ilmu, penyelidikan ihwal prinsip-prinsip nilai.

Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.Penerapan aksiologi dalam pendidikan contohnya saja ialah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu ialah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia.  Dasar Aksiologis Pendidikan ialah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diharapkan untuk memperlihatkan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan insan secara beradab.

2. Bidang kajian Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.
A. Bidang kajian Ontologi.
Yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam menyerupai yang termuat di dalam wahyu ialah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), kekerabatan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang memberikan risalah pencipta (rasul). Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan ihwal alam raya mencakup dasar pemikiran:
A.  Pendidikan dan tingkah laris insan serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (benda-benda alam).
1.Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya ialah segala yang diciptakan oleh Allah swt baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
2.Setiap wujud (keberadaan) mempunyai dua aspek, yaitu materi dan roh.
B.  Dasar pemikiran ini mengarahkan falsafah pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam ghaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat.
3.Alam senantiasa mengalami perubahan berdasarkan ketentuan aturan pencipta.
4.Alam merupakan sarana yang disediakan bagi insan untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan kasatmata secara kritis.

B. Bidang kajian Epistimologi.
Epistemologi membahas problem ihwal pengetahuan. Dalam epistemologi yang paling fundamental untuk dibicarakan ialah apa yang menjadi sumber pengetahuan, bagaimana struktur pengetahuan. Hal ini akan berkaitan dengan macam atau jenis pengetahuan dan bagaimana kita sanggup memperoleh pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.

C. Bidang kajian Aksologi.
Aksiologi ialah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian ihwal nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi ialah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi Aksiologi ialah bab dari filsafat yang menaruh perhatian ihwal baik dan jelek (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta ihwal cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk sikap etis.
 
3. Implikasi Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi dalam dunia pendidikan.
A. Implikasi Ontologi.
Implikasi pandangan ontologi dalam dunia pendidikan Islam ialah bahwa dunia pengalaman manusia, termasuk penerima didik yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya dalam raga dan isinya dalam arti pengalaman sehari-hari, melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas, realitas fisik, spritual yang tetap dan yang berubah-ubah (dinamis).
 
B. Implikasi Epistimologi.
Epistimologi islam bukan hanya berdasarkan pada akal, indera tetapi juga wahyu. Selanjutnya pengetahuan dalam aliran islam ialah pengetahuan yang diperoleh dari kajian atau interpretasi insan terhadap ayat-ayat Tuhan baik kauliyah ataupun kauniyah.

Bedasarkan gambaran sederhana di atas, secara epistimologis pendidikan islam semestinya:
1. Pendidikan harus terikat oleh nilai-nilai ilahi yang dalam pendidikan melahirkan prinsip tauhid dengan karakteristik rabbaniyyah.
2. Tidak membeda-bedakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Karena ilmu berasal dari zat Yang Maha Alim.
3. Tujuan dunia dan ukhrawi harus dipahami sebagai tujuan yang berkesinambungan, yang sebatas dibedakan  tetapi tidak untuk dipisahkan.
4.  Metode yang dipakai dalam memperoleh ilmu pengetahuan menyerupai akal, indera dan harus didasarkan pada konsep syukur nikmat, yaitu memakai kecerdikan dan hati sesuai dengan petunjuk ilahi untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka mendekatkan diri kepadaNya bukan untuk semakin menjauhkan diri dari Allah.
5. Pendekatan tekstual tetap penting tetapi dibarengi dengan pendekatan kontekstual melalui penalaran logis serta pendekatan imaniyah atau pendekatan zauqiyah (optimalisasi potensi rasa dalam hati melalui penyucian hati) ialah kombinasi pendekatan yang diharapkan melahirkan generasi yang berilmu, beriman dan berinfak shaleh.

C. Implikasi Aksologi.
Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan ialah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan insan dan membinakannya dalam kepribadian anak didik. Memang un­tuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, jelek dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, terang merupakan kiprah utama pendidikan.
Pendidikan harus memperlihatkan pemahaman/pengertian baik, benar, bagus, jelek dan sejenisnya kepada penerima didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah tangga/keluarga, tetangga, kota, negara ialah nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebalik­nya harus mendapat perhatian.

4. Hakikat dan Teori Ilmu Pengetahuan.
ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk memperlihatkan ilmu pengetahuan alam.
Ilmu sanggup merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia factual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,  eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu obkektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif), lantaran dimulai dengan fakta.
Pengetahuan Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge, Secara terminologi  pengetahuan (knowledge) ialah proses kehidupan yang diketahui insan secara pribadi dari kesadarannya sendiri. Menurut aristoteles pengetahuan bisa didapat berdasarkan pengamatan dan pengalaman.
Pengetahuan ialah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya ialah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh lantaran itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui ihwal sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang diketahuinya. Makara bisa dikatakan pengetahuan ialah hasil pengetahuan insan terhadap sesuatu, atau segala perbuatan insan untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,atau hasil perjuangan insan untuk memahami suatu objek tertentu.

1. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan intinya ialah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu ialah menyusun pendapat ihwal suatu objek, dengan kata lain menyusun citra ihwal fakta yang ada di luar akal.

2. Teori
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:
a. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan berdasarkan realisme ialah citra yang sesungguhnya dari apa yang ada di alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau citra yang ada dalam kecerdikan ialah dari yang orisinil yang ada diluar akal. Hal ini tidak ubahnya menyerupai citra yang terdapat dalam sebuah foto. Dengan demikian, relisme  berpendapat bahwa pengetahuan ialah benar dan tepat kalau sesuai dengan kenyataan.
b. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapat pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan ialah mustahil. Pengetahuan ialah proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh lantaran itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan citra subjektif bukan citra objektif ihwal realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang menciptakan citra tersebut. Karena itu, pengetahuan berdasarkan teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan hanyalah citra berdasarkan pendapat atau pengelihatan orang yang mengetahui.

2. Sumber Pengetahuan
Dalam hal ini ada beberapa pendapat ihwal sumber pengetahuan antara lain:
a. Empirisme
Empirisme ialah aliran filsafat yang beropini bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling terang dan sempurna.
Tokoh utama dalam aliran empirisme ini ialah Francos Bacon (1210-1292 M), beropini bahwa pengetahuan yang sesungguhnya ialah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa kecerdikan ialah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan  diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui acara merangkap objek.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam pandangan gres dan bukunya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai pandangan gres yang sesuai dengan  yang menunjuk kepada kenyataan, kebenaran hanya sanggup ada di dalam pikiran kita dan hanya sanggup diperoleh dengan daypikir saja.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi ialah hasil dari revolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini menyerupai dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga menyampaikan bahwa intuisi ialah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara intuisi tidak sanggup diandalkan. Pengetahuan intuisi dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen intuisi merupakan “inteligensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan “pengalaman puncak” (peak experience).
d. Wahyu
Wahyu ialah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada insan lewat perantaraan para nabi. Para nabi memeperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, menyerupai latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di alam abadi nanti.

e. Analisa Penulis
Hakikat ialah suatu dasar atau inti dari sesuatu, sedangkan pengetahuan itu ialah diperoleh secara metoda, tersusun secara sistematis dan bisa diuraikan secara ilmiah itulah yang dikatakan pengetahuan yang objektif.
Dari definisi diatas bahwa pengetahuan mempunyai kawasan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga insan mempunyai kecerdikan dan pikiran yang harus dipakai untuk mengetahui sesuatu yang belum mereka ketahui.
Dari pengetahuan insan yang beraneka ragam sehingga dalam pencapaian pengetahuannya harus didekatkan kepada kebenaran yang telah yang kuasa memutuskan dimuka bumi, kemudian barulah pengetahuan itu bisa dipakai dalam kehidupan, jadi pengetahuan insan harus ada standart yang niscaya didalam kehidupan insan semoga kehidupan insan menjadi terarah.

    Contoh Pemahaman Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan wujud, tetapi juga merambah pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga menyentuh tataran praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan implikasi logis dari perkembangan pola pikir insan itu sendiri.
Hal tersebut tidak lain merupakan upaya untuk menemukan “kebenaran”.
Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan sesudah mencari “Apa itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapat pengetahuan yang hakiki itu atau sesuatu yang ada sebagaimana adanya (kebenaran)? Persoalan ini merupakan problem epistemologis.
Selanjutnya, sesudah kita mengetahui kebenran dan cara untuk mendapatkannya, muncul pertanyaan untuk apa pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pemikiran selanjutnya berkaitan dengan pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan pada tataran praktis. Ini disebut dengan problem aksiologis, artinya apakah ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa diterapkan untuk kemaslahatan umat atau justru sebaliknya, terutama kaitannya dengan moralitas.
Singkatnya, wilayah ontologi bertanya ihwal “apa” wilayah epistemologi bertanya ihwal “bagaimana” sedangkan, wilayah aksiologi bertanya ihwal “untuk apa”.
Tiga problem filosofis inilah —ontologi, epistemologi dan aksiologi— yang hingga kini masih menjadikan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat mempunyai sudut pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. 





 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi ialah ilmu pengetahuan atau aliran ihwal keberadaan, term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf.
Menurut etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi ialah teori atau ilmu pengetahuan ihwal metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berafiliasi dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu.
Aksiologi membahas ihwal perkara nilai. Istilah aksiologi berasal dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.

B.    Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari filsafat dengan aneka macam macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas, menganalisa sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan kehidupan insan serta bisa menjadi perekat antara aneka macam macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu sama lain. Dengan demikian, memakai analisa filsafat, aneka macam macam disiplin ilmu yang berkembang kini ini, akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih bisa lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.






DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,  Mudlor. 1994. Ilmu Dan Keinginan Tabu (Epistemologi Dalam Filsafat). Bandung: Trigenda Karya.
Arief,  Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.
Idi, Jalaluddin Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Margono, Soejono Soe. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Mustansyir, Rizal dan Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Soyomukti,  Nuraini. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Susanto, A. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Syam, Nina W. 2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama.
Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mohammad Adib. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 69
Muhammad Yusri. Ontopologi, Episteminologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam.
Ahmad Syari’i. Filsafat Pendidikan Islam.(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 123
Mohammad Adib. Loc.cit,hlm.74-75.
Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam.(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 8


0 Response to "Pengertian, Hakikat, Bidang Kajian, Dan Implikasi Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel