-->

Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi Dan Kandungannya (3)


بسم الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (3)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kumpulan hadits Arba'in karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun mengembangkan tarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah sanggup mewakili kandungan hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat.  semoga Allah Azza wa Jalla menyebabkan pennyusunan risalah ini nrimo karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Kewajiban Agama Disesuaikan Kemampuan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apa saja yang saya larang, maka jauhilah dan apa saja yang saya perintahkan maka laksanakanlah semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian ialah lantaran mereka banyak bertanya dan menentang para nabi mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kandungan hadits:
1.     Perintah mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
2.     Larangan lebih tegas daripada perintah, lantaran larangan tidak diberikan dispensasi untuk mengerjakan salah satunya, sedangkan perintah diadaptasi dengan kemampuan.
3.     Tidak sanggup mengerjakan suatu kewajiban atau sebagiannya, maka sanggup menggugurkan sesuatu yang tidak disanggupi itu, lantaran Allah tidaklah membebani seseorang kecuali sesuai kesanggupannya.
4.     Larangan banyak bertanya. Para ulama membagi pertanyaan kepada dua bagian: Pertama, bila bentuknya mengetahui kasus agama yang dibutuhkannya, maka hal ini diperintahkan menurut firman Allah Ta’ala, “Maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan, bila kau tidak mengetahui,” (An Nahl: 43). Kedua, bila bentuknya menyusahkan dan membebani diri, inilah yang dilarang. Termasuk pertanyaan jenis kedua ialah bertanya terhadap sesuatu yang tidak ada faedahnya dan tidak dibutuhkan, bertanya atas dasar main-main, bertanya terhadap kasus yang belum terjadi, dan bertanya terhadap apa yang disembunyikan Allah Ta'ala lantaran nasihat yang Dia ketahui (seperti bertanya perihal kapan kiamat).
5.     Peringatan kepada umat ini supaya tidak menyelisihi Nabinya sebagaimana yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.
Membatasi Diri Dengan Yang Halal lagi baik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.     [رواه مسلم]
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala baik, tidak mendapatkan kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya, "Wahai Para Rasul! Makanlah yang baik-baik dan berzakat salehlah." (QS. Al Mu'minun: 51) Dia juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kamu." (QS. Al Baqarah: 172) Kemudian Beliau menyebutkan perihal seorang yang melaksanakan perjalanan jauh dalam keadaan berambut kusut dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit sambil berkata, "Ya Rabbi, Ya Rabbi,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan?" (HR. Muslim).
Kandungan hadits:
1.     Perintah memperbaiki amal, yaitu dengan nrimo dan sesuai sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lantaran Allah hanya mendapatkan amal yang baik.
2.     Dorongan untuk berinfak dari yang halal.
3.     Hukum asalnya, bahwa para nabi dengan umatnya ialah sama dalam hukum-hukum syar’i, kecuali bila tegak dalil yang menawarkan kekhususannya.
4.     Banyak terjatuh ke dalam yang haram sanggup menghalangi diterimanya amal dan  menghalangi terkabulnya doa.
5.     Bahwa di antara alasannya ialah dikabulkannya doa ada empat; pertama, safar, kedua, penampilan yang usang. Ketiga, mengangkat tangan ke langit. Keempat, mendesak Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan mengulang-ulang rububiyyah-Nya (Yaa Rabbi, Yaa Rabbi).
Perintah Menjauhi Syubhat
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah  dan kesayangannya,  beliau berkata, “Saya menghapal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (sabdanya), "Tinggalkanlah apa yang meragukanmu beralih kepada yang tidak meragukanmu." (HR. Tirmidzi dan beliau berkata, “Haditsnya hasan shahih.”)
Kandungan hadits:
1.     Seorang muslim hendaknya mendasari perkaranya di atas hal yang yakin dan hendaknya ia berada di atas ilmu dalam agamanya.
2.     Perintah menjauhi syubhat, dan hadits tersebut merupakan prinsip penting dalam hal wara’ (sikap menjaga diri).
Tanda Baiknya Keislaman Seseorang
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ. [حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Termasuk tanda baiknya Islam seseorang, beliau meninggalkan sesuatu yang tidak berkhasiat baginya." (Hadits hasan, HR. Tirmidzi dan lainnya)
Kandungan hadits:
1.     Tanda baik dan sempurnanya keimanan seorang hamba ialah meninggalkan hal yang tidak berkhasiat baginya di dunia dan alam abadi baik berupa perkataan maupun perbuatan.
2.     Termasuk buruknya keislaman seseorang ialah saat ia menentukan hal yang tidak berkhasiat baginya, yaitu perilaku fudhul (sia-sia) dengan bermacam-macam macamnya.
3.     Dorongan menyibukkan diri dengan hal yang berguna.
4.     Perintah memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Di antara cabang keimanan yang menyempurnakan iman
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Tidak (sempurna) kepercayaan salah seorang di antara kau sampai beliau menyayangi saudaranya sebagaimana beliau menyayangi dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kandungan hadits:
1.     Bahwa termasuk kasus (cabang) kepercayaan ialah seorang menyayangi kebaikan diperoleh saudaranya sebagaimana ia menyayangi kebaikan diperoleh dirinya.
2.     Larangan melaksanakan ghisy (penipuan) terhadap saudaranya.
Terpeliharanya darah seorang muslim
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ : الثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ [رواه البخاري ومسلم]
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada ilahi yang berhak disembah selain Allah dan bahwa saya ialah utusan Allah kecuali dengan salah satu di antara tiga sebab; orang yang sudah menikah berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya; berpisah dari jamaah (murtad)."  (HR. Bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadits:
1.     Haramnya membunuh tanpa alasan yang hak.
2.     Darah seorang muslim tidak halal (ditumpahkan) kecuali lantaran salah satu dari tiga macam ini; meninggalkan agama Islam (murtad), membunuh jiwa, menodai kehormatan farj yang terpelihara dengan berzina sehabis menikah dalam nikah yang sah.
3.     Para ulama sepakat, bahwa barang siapa yang membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka beliau berhak untuk dibunuh; baik pembunuh atau yang dibunuh pria maupun perempuan. Namun qishas mejadi gugur bila wali orang yang terbunuh memaafkan.
Dikecualikan dari adanya qishas ialah seorang ayah membunuh anaknya, maka tidak diqishas. Demikian pula seorang muslim membunuh orang non muslim, dan orang merdeka membunuh budak.
4.     Membunuh pembunuh, pezina muhshan, dan orang yang murtad terdapat maslahat umum, yaitu menjaga jiwa, nasab, dan agama.
5.     Disyaratkan untuk keislaman seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat.
Beberapa Adab Islami
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah beliau berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah beliau memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari selesai maka hendaklah beliau memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadits:
1.     Ucapan yang dikeluarkan seseorang terbagi tiga:
a.     Yang baik, ia mengucapkannya sehabis berpikir dulu.
b.     Yang buruk, ia tidak boleh mengucapkannya.
c.     Yang mubah, lebih utama baginya ialah diam.
2.     Tanda beriman kepada Allah dan hari Akhir ialah berkata baik atau diam.
3.     Sepatutnya seorang hamba menjaga lisannya.
4.     Dorongan memuliakan tetangga dan tamu.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Sulaiman Al Luhaimid), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.35, dll.

Related Posts

0 Response to "Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi Dan Kandungannya (3)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel