-->

Syarah Kitab Tauhid (33)

بسم الله الرحمن الرحيم
wCEAAkGBxMTEhUSEhIVFRUXFxcWGBcVGBcXFxoYGBcXFhgVGBUaHSggGBolHRUXITEhJSkrLi Syarah Kitab Tauhid (33)
Syarah Kitab Tauhid (33)
(Cinta Kepada Allah)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan syarah (penjelasan) ringkas terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah, yang banyak kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menyebabkan penyusunan risalah ini nrimo karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
Bab : Cinta Kepada Allah
Firman Allah Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Di antara insan ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka menyayangi Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah. Dan kalau seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui dikala mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah sangat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Qs. Al Baqarah: 165)
**********
Penjelasan:
Oleh lantaran menyayangi Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan pokok agama Islam. Ketika perilaku ini sempurna, maka agama seseorang menjadi sempurna, dan dikala kecintaan kepada Allah berkurang, maka tauhid seseorang pun ikut berkurang, maka penyusun (Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah) mengingatkan hal tersebut dalam belahan ini.
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menandakan keadaan kaum musyrik di dunia dan tanggapan yang akan mereka peroleh di alam abadi lantaran mereka mengadakan tandingan bagi Allah, serta menyamakan tandingan-tandingan itu dengan Allah dalam hal kecintaan dan pengagungan, bahwa kalau mereka mengetahui kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah sangat berat siksaan-Nya pasti mereka akan menyesal terhadap perilaku mereka itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menerangkan, bahwa kaum mukmin memurnikan kecintaan mereka kepada Allah sebagaimana mereka memurnikan ibadah mereka kepada-Nya.
Kesimpulan:
1.      Barang siapa yang menyebabkan tandingan bagi Allah, dimana ia menyayangi tandingan itu menyerupai cinta kepada Allah, maka beliau telah berbuat syirik besar.
2.      Di antara kaum musyrik ada yang menyayangi Allah dengan kecintaan yang dalam, namun kecintaan itu tidak bermanfaat baginya lantaran tidak memurnikan kecintaan kepada Allah.
3.       Cinta terbagi dua: pertama, cinta yang menjadi ibadah, yaitu yang di dalamnya terdapat perilaku tunduk dan menghinakan diri disertai cinta, dimana hati seseorang dipenuhi cinta dan pengagungan yang membuatnya melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka hal ini tidak diperuntukkan kecuali kepada Allah Azza wa Jalla. Kedua, cinta lantaran tabiat, menyerupai cinta terhadap makanan dan minuman serta banyak sekali kenikmatan, maka dalam hal ini harus sederhana dan tidak berlebihan, dan sebaik-baik cinta ialah dikala dilakukan lantaran Allah Azza wa Jalla.
**********
Firman Allah Ta’ala,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kau khawatiri kerugiannya, dan kawasan tinggal yang kau sukai, ialah lebih kau cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah: 24)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam mereka yang menyayangi semua yang disebutkan itu, dan lebih mengutamakannya di atas cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta di atas mengerjakan amalan yang dicintai Allah dan diridhai-Nya menyerupai hijrah, jihad, dsb. Oleh lantaran itu, barang siapa yang mengaku cinta kepada Allah, namun ia lebih mengutamakan cinta kepada perkara-perkara yang disebutkan itu, maka ratifikasi cintanya dusta, dan tinggallah ia menunggu akibatnya.
Dalam ayat di atas terdapat kewajiban mendahulukan cinta kepada Allah dan kepada apa-apa yang dicintai Allah di atas yang lain.
Kesimpulan:
1.      Wajib menyayangi Allah dan menyayangi apa-apa yang dicintai-Nya.
2.      Wajibnya menyayangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
3.      Ancaman kepada mereka yang lebih menyayangi delapan macam itu daripada menyayangi agamanya.
**********
Dari Anas radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak tepat iman salah seorang di antara kalian hingga saya lebih dicintainya daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44.
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan, bahwa seseorang tidak beriman secara tepat yang menciptakan kewajiban imannya terealisasi dan membuatnya berhak masuk nirwana hingga mendahulukan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas insan yang lain sekalipun orang yang terdekat dengannya. Hal itu, lantaran dengan lantaran Beliau shallallahu alaihi wa sallam diperoleh kebahagiaan yang awet dan selamat dari kesesatan.
Mencintai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menghendaki kita untuk menaati Beliau, mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan sabdanya, beribadah kepada Allah sesuai contohnya, dan mendahulukan sabdanya di atas ucapan semua manusia.
Dalam hadits di atas juga terdapat dalil wajibnya mendahulukan kecintaan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di atas semua manusia, dan bahwa keimanan seseorang tidak akan sempurnya tanpanya.
Kesimpulan:
1.      Wajibnya menyayangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di atas insan yang lain.
2.      Amalan belahan dari iman, lantaran kecintaan merupakan amalan hati.
3.      Keimanan yang sejati harus ada atsar (bekas) yang tampak bagi pemiliknya.
**********
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas ia berkata, “Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada tiga yang kalau tiga hal tersebut ada pada dirinya, maka ia akan mencicipi manisnya iman, yaitu kalau Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, kalau dirinya menyayangi orang lain lantaran Allah, dan benci kembali kepada kekafiran sesudah Allah selamatkan darinya sebagaimana keengganannya kalau dicampakkan ke dalam api.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Seseorang tidak mendapatkan manisnya iman sebelum…dst.”
**********
Penjelasan:
Hadits di atas dalam Shahih Bukhari no. 16 dan Shahih Muslim no. 43.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan, bahwa seorang muslim kalau dalam dirinya terdapat tiga perkara, yaitu mendahulukan kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam di atas kecintaan kepada yang lain menyerupai keluarga dan harta, menyayangi orang lain lantaran iman dan ketaatannya kepada Allah, bukan lantaran maksud duniawi, serta benci kembali kepada kekafiran menyerupai keengganannya dicampakkan ke dalam api, maka ia akan mencicipi manisnya iman; ketaatan menjadi nikmat baginya, dan dirinya siap mendapatkan banyak sekali kesukaran semoga memperoleh keridhaan Allah Azza wa Jalla.
Kesimpulan:
1.      Keutamaan mendahulukan kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam di atas yang lain.
2.      Keutamaan cinta lantaran Allah.
3.      Kaum mukmin cinta kepada Allah secara murni.
4.      Barang siapa yang mempunyai tiga hal tersebut di atas akan mencicipi manisnya iman.
5.      Disyariatkan membenci kekafiran dan orang-orang kafir.
**********
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Barang siapa yang menyayangi seseorang lantaran Allah, membenci seseorang lantaran Allah, membela lantaran Allah, memusuhi lantaran Allah, maka sebetulnya kecintaan dan pinjaman Allah itu diperoleh dengan hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan mencicipi lezatnya iman meskipun banyak shalat dan puasanya hingga keadaannya menyerupai itu. Namun pada umumnya persaudaraan insan dibangun di atas kepentingan dunia, dan itu tidak mempunyai kegunaan sedikit pun baginya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir)
Ibnu Abbas juga berkata wacana firman Allah Ta’ala,
وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ
“Dan putuslah kekerabatan di antara mereka.” (Qs. Al Baqarah: 166)
Yaitu kekerabatan kasih-sayang.
**********
Penjelasan:
Dalam atsar (riwayat sahabat) di atas Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa lantaran yang sanggup mendatangkan kecintaan Allah Azza wa Jalla dan pertolongan-Nya ialah  ketika menyayangi wali-wali Allah dan membenci musuh-musuh-Nya, dan praktek nyatanya ialah dengan membela kaum mukmin dan memutus kekerabatan dengan musuh-musuh Allah dan berjihad terhadap mereka. Ia juga menerangkan, bahwa seseorang tidak akan mencicipi manisnya iman kalau tidak mempunyai sifat itu meskipun banyak ibadah yang dilakukannya. Selanjutnya Ibnu Abbas menerangkan, bahwa keadaan telah berubah, ternyata insan membangun kecintaan dan kebencian lantaran kepentingan dunia. Ia juga menerangkan, bahwa kekerabatan kasih sayang yang dibangun di atas hal itu nanti pada hari Kiamat akan terputus dan satu sama lain akan berlepas diri, disebabkan tidak didasari lantaran Allah Azza wa Jalla.
Kesimpulan:
1.      Sebab untuk meraih kecintaan Allah dan pertolongan-Nya.
2.      Menyifati Allah dengan sifat cinta yang sesuai dengan keagungan-Nya.
3.      Keutamaan cinta lantaran Allah dan benci lantaran Allah.
4.      Disyariatkan menolong dan membela kaum mukmin.
5.      Disyariatkan membenci kaum kafir dan berjihad terhadap mereka.
6.      Buah dari cinta lantaran Allah dan benci karena-Nya, yaitu mencicipi manisnya iman.
7.      Tercelanya cinta dan benci lantaran kepentingan dunia, dan akibatnya.
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan), Maktabah Syamilah versi 3.45, Aisarut Tafasir (Abu Bakr Al Jazairiy), Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis), dll.

Related Posts

0 Response to "Syarah Kitab Tauhid (33)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel