-->

Risalah Masjid (1)

بسم الله الرحمن الرحيم
wCEAAkGBxMSEhUSExMVFhUVGBcVFRcVFhgYFxcVFRUXFhgWFRUYHSggGBolHRUVIjEhJSkrLi Risalah Masjid (1)
Risalah Masjid (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam biar dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut risalah wacana masjid, biar Allah menyebabkan penyusunan risalah ini nrimo karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Seluruh Bagian Bumi Ini Dijadikan masjid Sebagai Keistimewaan Untuk Umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Di antara kelebihan yang diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yaitu dengan dijadikan seluruh kepingan bumi ini sebagai masjid dan alat bersuci, maka siapa saja kaum muslimin yang mendapat waktu shalat telah tiba, dia sanggup melakukannya di mana saja.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ: أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ؟ قَالَ: «الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى» قُلْتُ: كَمْ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: «أَرْبَعُونَ سَنَةً، وَأَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ فَهُوَ مَسْجِدٌ» وَفِي حَدِيثِ أَبِي كَامِلٍ «ثُمَّ حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّهِ، فَإِنَّهُ مَسْجِدٌ»
Dari Abu Dzar dia berkata, “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, masjid mana yang lebih dulu dibangun di bumi?” Beliau menjawab, “Masjidilharam.” Aku bertanya lagi, “Selanjutnya masjid apa?” Beliau menjawab, “Masjidil Aqsha.”  Aku bertanya lagi, “Berapa jarak waktu antara keduanya?” Beliau bersabda, “Empat puluh tahun. Di mana saja datang waktu shalat, maka shalatlah di situ, sebab itu yaitu masjid.” (Hr. Bukhari dan Muslim, lafaz ini yaitu lafaz Muslim)
Imam Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ، إِلَّا الْمَقْبَرَةَ، وَالْحَمَّامَ»
“Bagian bumi itu seluruhnya masjid; kecuali kuburan dan kamar mandi.” (Dishahihkan oleh Al Albani)
Keutamaan Membangun Masjid
Dari Utsman radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ تَعَالَى يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ  بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang membangun masjid sebab mencari keridhaan Allah, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah (istana) di surga.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ ، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang membangun masjid sebab Allah meskipun kecil menyerupai kawasan mengeram seeekor burung, maka Allah akan bangunkan rumah (istana) di surga.” (Hr. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Bazzar, dishahihkan oleh Al Albani)
Berdoa Ketika Menuju Masjid
Dianjurkan ketika menuju masjid berdoa dengan doa yang disebutkan dalam hadits-hadits berikut:
Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika keluar dari rumahnya mengucapkan,
«بِسْمِ اللَّهِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَزِلَّ أَوْ أَضِلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Dengan nama Allah. Ya Rabbi, saya berlindung kepada-Mu dari tergelincir atau tersesat, menzalimi atau dizalimi, bersikap terbelakang atau disikapi oleh orang lain dengan perilaku bodoh.” (Hr. Para pemilik kitab Sunan, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
“Apabila seseorang keluar dari rumahnya dan berkata, “Bismillahi tawakkaltu alallah…sampai illaa billah,” (artinya: Dengan nama Allah. Aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan derma Allah), maka ketika itu akan dikatakan, “Engkau telah ditunjuki, telah dicukupi, dan dilindungi. Setan-setan juga menjauh daripada, kemudian setan yang lain berkata, “Bagaimana engkau sanggup menguasai seorang yang telah ditunjuki, dicukupi, dan dipelihara?” (Hr. Abu Dawud dan lain-lain, dishahihkan oleh Al Albani)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika keluar untuk shalat mengucapkan,
«اللهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي لِسَانِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ أَمَامِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، اللهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا»
“Ya Allah, jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya pada lisanku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada penglihatanku, cahaya di belakangku, cahaya di hadapanku, cahaya di atasku, dan cahaya di bawahku. Ya Allah, berilah saya cahaya.”
Doa Ketika Masuk dan Keluar Masjid
Disunahkan bagi orang yang hendak masuk masjid memasukinya dengan kaki kanan dan mengucapkan,
 أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، [بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ][وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ] اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan wajah-Nya Yang Mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari setan yang terkutuk. [1] Dengan nama Allah dan biar shalawat [2] dan salam tercurahkan kepada Rasulullah [3] Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.” [4]
[1] HR. Abu Dawud, lihat Shahihul Jami’ no. 4591.
[2] HR. Ibnus Sunni no.88, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani.
[3] HR. Abu Dawud, lihat Shahihul Jami’ 1/528.
[4] HR. Muslim 1/494. Dalam Sunan Ibnu Majah, dari hadits Fathimah, “Allahummagh fir li dzunubi waftahli abwaba rahmatik,” Syaikh Al Albani menshahihkannya sebab beberapa syahid. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/128-129.
Adapun ketika keluar, dia dahulukan kaki kiri dan berdoa dengan doa berikut:
بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ، اَللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
“Dengan nama Allah, biar shalawat dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah. Ya Allah, bahwasanya saya minta kepada-Mu dari karunia-Mu. Ya Allah, peliharalah saya dari godaan setan yang terkutuk”. (Lihat takhrij sebelumnya, adapun tambahan: Allaahumma’shimni minasy syai-thaanir rajim, yaitu riwayat Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 129.)
Keutamaan Pergi ke Masjid dan Duduk di sana
Imam Ahmad, Bukhari, dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ غَدَا إِلَى المَسْجِدِ وَرَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنَ الجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ»
“Barang siapa yang pergi ke masjid pagi dan sore, maka Allah akan menyiapkan jamuan untuknya dari nirwana setiap kali dia pergi pagi atau sore.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً»
“Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari Allah, maka langkahnya itu; yang satu menggugurkan dosa, dan yang satu lagi meninggikan derajat.”
Imam Thabrani dan Al Bazzar meriwayatkan dari Abu Darda, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللَّهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرَّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ إِلَى رِضْوَانِ اللَّهِ إِلَى الْجَنَّةِ»
“Masjid yaitu rumah orang yang bertakwa. Allah Azza wa Jalla menjamin pertolongan, rahmat, dan berhasil melewati shirath (jembatan yang dibentangkan di atas neraka) menuju kepada keridhaan Allah dan ke surga-Nya bagi orang yang menyebabkan masjid sebagai rumahnya.” (Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al Mundziri. Al Haitsami dalam Majmauz Zawaid berkata, “Para perawi Al Bazzar, semuanya yaitu para perawi kitab Shahih.”)
Dari Abu Huirairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ » . قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ » .  
“Maukah kau saya tunjukkan perbuatan yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat?” Para sobat menjawab, “Ya, mau wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudhu ketika keadaan tidak menyenangkan, banyak melangkahkan kaki menuju masjid, dan menunggu shalat yang berikutnya sesudah melaksanakan suatu shalat; itulah Ar Ribaath.” (HR. Malik, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)
Ribaath artinya menjaga perbatasan dari serangan musuh dan berjihad fii sabiilillah, yakni bahwa senantiasa menjaga kesucian dan menekuni ibadah menyerupai berjihad fii sabiilillah.
Melakukan Shalat Tahiyyatul Masjid
Jamaah Ahli Hadits meriwayatkan dari Abu Qatadah, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ»
“Apabila salah seorang di antara kau masuk ke masjid, maka shalatlah dua rakaat sebelum duduk.”
Masjid Yang Paling Utama
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya yang hingga kepada Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ "
“Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama dibanding seribu kali shalat di kawasan lainnya selain Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram lebih utama dibanding seratus ribu kali shalat di kawasan lainnya.” (Dinyatakan isnadnya shahih sesuai syarat Bukhari oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: المَسْجِدِ الحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidak boleh diikat pelana (di atas binatang untuk safar ibadah) kecuali ketiga masjid, yaitu: Masjidilharam, Masjid Rasul shallallahu alaihi wa sallam (Nabawi), dan Masjidi Aqsha.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Syaikh Sayyid Sabiq), Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah (www.dorar.net), Aunul Ma’bud (Muhammad Asyraf Al Azim Abadi), dll.

Related Posts

0 Response to "Risalah Masjid (1)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel